Senin, 24 Mei 2010

penjelasan tentang populasi dan teknik sampling

Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling
Istilah populasi, sampel dan teknis sampling sering kali kita dengar, namun terkadang istilah-istilah ini ada yang tidak dipahami betul. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas mengenai populasi, sampel dan teknik sampling.

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif (dapat mewakili).

Teknik Sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat berbagai teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportinate statified random sampling dan cluster sampling (area sampling). Sedangkan non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri sampling sistematis, , sampling kuota, sampling aksidental, sampling purposive, sampling jenuh dan snowball sampling.

Menentukan ukuran sampel merupakan bagian dari teknik sampling, dimana jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan populasi. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang keselahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum).

Terdapat dua rumus yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian. Selain itu juga diberikan cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis yaitu dengan menggunakan tabel dan nomogram. Tabel yang digunakan adalah tabel Krejcie dan Nomogram Harry King. Dengan kedua cara tersebut tidak perlu dilakukan perhitungan yang rumit.

Untuk pengertian dan penjelasan lebih lanjut mengenai probability sampling, non probability sampling serta cara menentukan ukuran sampel akan dibahas pada tulisan khusus mengenai Teknik Pengambilan Sampling.

Nama:dewi novi handayani
NPm:20207307
Kelas:3eb04

diambil dari www.google.com

Selasa, 18 Mei 2010

penulisan ilmiah

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dewasa ini, mendukung
kelancaran perkembangan usaha perusahaan, sehinga data transaksi dapat diolah dan di laporkan dengan cepat. Akibatnya keputusan yang diambil dapat lebih cepat. Berbagai transaksi usaha dilakukan perusahaan salah satunya transaksi penjualan ke konsumen, transaksi penjualan ke konsumen perlu di kelola dengan sebaik mungkin. Maka perlu diadakan suatu sistem pengendalian intern, tujuannya adalah untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan dari pemborosan, kecurangan dan tidak efisienan, mengakibatkan ketelitian dan dapat di percayainya data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong akan kepatuhan terhadap kebijakan pemimpin.
Dengan dilaksanakannya sistem pengendalian intern penjualan ini, maka diharapkan perusahaan akan menjaga kekayaan perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, serta untuk mendorong efesiensi dan di patuhinya kebijakan manajemen perusahaan tersebut, sehingga akan tercipta sebuah sistem yang andal dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Perusahaan membutuhkan sistem yang akan berperan dalam pemrosesan dan pengolahan data penjualan, yaitu sistem akuntansi penjualan.sistem akuntansi tersebut bertujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan dalam mengelola, memproses data transaksi secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi yang disusun untuk suatu perusahaan dapat di proses dengan cara manual atau di proses dengan menggunakan mesin-mesin mulai dengan mesin pembukuan yang sederhana.
Sistem penjualan sangat berperan dalam omset penjualan dan mencari pangsa pasar yang lebih luas, karena akan membantu manajemen perusahaan dalam menyediakan informasi yang berkaitan dengan semua kegiatan perusahaan.perusahaan harus dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghadapi persaingan bisnis. Manajer penjualan yang berperan sebagai perencanaan, koordinasi, dan pengendalian kegiatan, sangat memerlukan informasi kegiatan penjualan dan keadaan keuangan perusahaan. Pemakai informasi dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu ekstern dan intern.
Dengan pengendalian intern yang baik ini diharapkan data penjualan yang benar dan dapat dipercaya sehingga informasi penjualan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. dengan begitu, sistem penjualan yang didukung oleh pengendalian intern yang baik, diharapkan akan menghasilkan informasi yang nantinya sangat membantu manajer dalam mengambil kebijakan perusahaan dalam upaya meningkatkan omset penjualan.
Mengingat pentingnya sistem penjualan bagi perusahaan maka perlu dilihat kembali sistem yang telah ditetapkan.sistem penjualan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.sistem penjualan harus mengikuti prosedur yang ada agar bisa memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu kebutuhan informasi penjualan.
Dengan adanya berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam pelaksanaan sistem penjualan, maka pelaksanaan sistem penjualan diperlukan beberapa perbaikan-perbaikan sehingga akan mampu menghasilkan informasi yang akurat, yang nantinya akan berguna bagi manajemen perusahaan dalam pengambilan perusahaan.
Untuk memberikan nilai suatu barang, perusahaan dapat mengunakan metode harga jual, dengan cara melihat biaya produksi, tingkat kepuasan suatu konsumen dan tingkat penjualan produk tersebut. Maka perusahaan dapat menetukan kwantitas dan kwalitas barang tersebut. Dengan demkian perusahaan tersebut dapat melihat laba/rugi produk tersebut.
Dengan terciptanya sebuah sistem yang andal maka berpengaruh terhadap volume penjualan pada perusahaan tersebut, volume penjualan pada perusahaan akan meningkat, dengan kata lain sistem pengendalian intern juga dapat meningkatkan volume penjualan pada perusahaan atas dasar uraian diatas maka penulis menyusun penulisan ilmiah ini dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Pada PT.MARTINA BERTO ”.
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis dirumuskan masalah dalam penulisan ilmiah ini adalah:
Bagaimana penerapan system pengendalian intern penjualan pada PT.MARTINA BERTO dalam penulisan ini?
Bagaimana melihat tingkat kepuasaan konsumen terhadap barang yang di pasarkan?
Apa yang digunakan perusahaan untuk menentukan metode harga jual?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis unsur-unsur sistem pengendalian intern penjualan pada PT.MARTINA BERTO
2. Menganalisis hubungan antara system pengendalian intern penjualan dengan volume penjualan pada PT.MARTINA BERTO

1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis bermanfaat bagi perkembangan ilmu ekonomi khususnya tentang stuktur pengendalian intern terhadap penjualan.
2. Manfaat praktis manajer atau pimpinan perusahaan lebih dapat meningkatkan internal control terhadap penjualan sehingga memperkecil terjadinya penyimpangan yang merugikan perusahaan sehingga dapat meningkatkan volume penjualan.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT.MARTINA BERTO yang merupakan suatu perusahaan yang beralamatkan di.XXX.


1.5.2 Data/Variabel

Data primer atau variabel pokok yang digunakan aalah data rincian penjualan. Data rincian penjualan antara lain data transaksi penjualan selama 1 bulan, customer order, shipping document, penyesuaian penjualan, faktur penjualan dan bukti setor Bank pada PT.MARTINA BERTO yang diperoleh selama periode April 2009.

1.5.3 Metode Pengumpulan data

1.5.3.1 Studi Lapangan
Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada PT.MARTINA BERTO dengan mengadakan wawancara kepada perusahaan tersebut.

1.5.3.2 Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sukender yaitu data yang diperoleh dari referensi-referensi buku dan sumber-sumber lainnya.
1.5.4 Alat Analisi Yang Digunakan
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan maka alat analisis yang digunakan penulis sebagai berikut:
1. Flowchart.
2. Data Rincian Penjualan.
3. Unsur-Unsur struktur penendalian intern penjualan.
4. Metode harga Jual.





BAB 11
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Struktur Pengendalian Intern

Definisi struktur pengendalian intern menurut Mulyadi (1997:165)
“struktur pengendalian intern adalah struktur organisasi,metode dan ukuran yang koordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi,mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.”
Definisi struktur pengendalian intern menurut Niswanger (1999:1983)
“struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan,memastikan bahwa internal control akurat dan memastikan bahwa perundangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”
Definisi sruktur pengendalian intern menurut Sukrisno Agoes (1999:57)
“strukutur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur ditetapkan untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan tercapai.”
Pengertian struktur pengendalian intern dapat ditinjau dalam arti sempit dan dalam arti yang luas. Pengendalian intern dalam arti sempit diartikan sama dengan”internal check”yaitu suatu system dan prosedur yang secara otomatis dapat saling memeriksa,dalam arti bahwa data akuntansi yang dihasilkan oleh suatu bagian atau fungsi secara otomatis dapat diperiksa oleh bagian atau fungsi lain dalam suatu organisasi/suatu usaha.
Pengertian struktur pengendalian intern dalam arti luas yaitu struktur pengendalian intern suatu perusahaan meliputi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu perusahaan tersebut akan dapat tercapai.
Jadi struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk melindungi struktur organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang koordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Struktur pengendalian intern suatu satuan usaha dapat meliputi berbagai kebijakan dan prosedur serta tujuan.namun tugas auditor dalam mempertimbangkan struktur pengendalian intern adalah mengidentifikasikan semua hal yang relevan dengan pengauditan laporan keuangan.
Sasaran perusahaan dapat berupa susunan financial dan financial,kaitannya dengan akuntan pemeriksa berkaitan dengan kebijakan dan prosedur sasaran financial.istilah kebijakan adalah kerangka yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk mencapai sasaran financial,sedangkan prosedur adalah langkah-langkah khusus yang harus diamati yang ada dalam kebijakan.

2.2 Pentingnya Stuktur Pengendalian Intern

Pentingnya struktur pengendalian intern bagi manajemen dan akuntan pemeriksaan telah lama diakui dari berbagai literatur,fakor-faktor yang dipengaruhi oleh stuktur pengendalian intern suatu perusahaan meliputi:
1. Luas dan ukuran perusahaan yang sangat kompleks.hal ini mengakibatkan manajemen harus percaya pada laporan-laporan serta analisis-analisis untuk operasi pengendalian yang efektif.
2. Pengecekan dan penelahaan melekat pada struktur pengendalian intern yang baik hal ini mempunyai arti bahwa stuktur pengendalian intern mampu mencegah kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan dan penyimpangan yang terjadi.
3. struktur pengendalian intern dapat dipraktekan oleh akuntan pemeriksa untuk mengaudit perusahaan denan biaya yang terbatas (tertentu).
Tanggung jawab perusahaan terhadap struktur pengendalian intern adalah merancang dan menetapkan termasuk pula mengawasi efektifitas struktur pengendalian intern tersebut dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan manajemen pada umumnya menginginkan adanya jaminan yang memadai bahwa tujuan struktur pengendalian intern dapat tercapai.dua factor penting yang mendasari kesimpulan tersebut,yaitu pertama,pengakuan bahwa biaya dari pengendalian tidak boleh melibihi dari manfaat yang diperkirakan akan diperoleh. kedua,adanya kenyataan bahwa pengendalian tidak boleh mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap efisiensi dan profaitabilitas. Pengendalian intern merupakan alat untuk meletakan kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari kemungkinan kesalahan dan kecurangan. Sehingga masalah sejauh mana terdapatnya struktur pengendalian intern serta pelaksanannya,sangat menjadi perhatian auditor.tujan auditor memahami struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi standart auditing khusunya standart pelaksanaan auditing no.dua yang berbunyi : pemahaman yang memadai terhadap struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merancanakan audit dan menentukan sifat,waktu,dan lingkup pengujian yang akan dilaksanakan.
2. Untuk kemungkinan dilakukan pemeriksaan.bila pengendalian intern sangat jelek atau bahkan tidak ada sama sekali,maka dengan sendirinya auditor tidak dapat meyakinkan diri tentang kewajaran laporan keuangan yang akan diperiksa.
3. Untuk menentukan luasnya atau lingkup audit atau menentukan bukti-bukti audit yang harus dikumpukan.
4. Untuk membantu sebagai dasar merekomendasikan kepada manajemen untuk mengadakan perbaikan-perbaikan supaya struktur pengendalian intern lebih sempurna.




2.3 Tujuan Struktur Pengendalian Intern
Tujuan struktur pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pengendalian Intern Akuntansi (internal accounting control)
a. Untuk menjaga kekayaan organisasi
b. Untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

2. Pengendalian Intern Administratif (internal administrative control)
a. Untuk mendorong efisiensi
b. Untuk dipatuhinya kebijakan manajemen

2.4 Unsur-unsur Struktur Pengendalian Intern

1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.lingkungan pengendalian mencakup hal -hal berikut ini :
a. Integritas dan nilai etika
b. komitmen terhadap kompetensi.
c. Partisipasi ewan komisaris atau komite audit.
d. Sruktur organisai.
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

2. Penaksiran Resiko
Resiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negative mempengaruhi kemapuan entitas.resiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi.
b. Personel baru.
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki.
d. Teknologi baru.
e. Lini produk,produk atau aktivitas baru.
f. Renstrukturasi koorprasi.
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan.Aktivitas pengendalian mempunyai brbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi.umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini :
a. Review terhadap kerja.
b. Pengolahan terhadap kerja
c. Pengendalian fisik.
d. pemisahan tugas.

4. Informasi dan Komunikasi
Auditor harus memperoleh pengetahuan yang memadai tentang system informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan.
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi,informasi pendukung,dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang mencakup pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicaku sejak saat transaksi dimulai sampai dengan
dimasukan ke dalam laporan keuangan.

5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.pemantauan ini mencakup penetuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

2.5 Elemen Struktur Pengendalian Intern

1. Lingkungan Pengendalian
Faktor-faktor yang terkandung didalam lingkungan pengendalian
a. philosofi,manajemen dan gaya operasi manajemen.
b. Struktur organisasi.
c. Komite pemeriksa.
d. Metode yang digunakan untuk mengkomunikasikan wewenang dan tanggung jawab.
e. Metode pengendalian manajemen untuk membantu dan menindaklanjuti kinerja termasuk audit intern.
f. Kebijakan dan prosedur personalia.
g. Faktor ekstern yang mempengaruhi operasi perusahaan,seperti peraturan
pemerintah,pemeriksaan oleh badan legislative

2. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi didefinisikan sebagai elemen struktur pengendalian sebagai
metode dan pencatatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasikan,menganalisis,
mengklarifikasikan,mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan serta
mempertahankan tanggung jawab untuk dipercayanya atas aktiva dan hutang.
Sistem akuntansi yang efektif harus memenuhi :
Mengidentifikasikan dan mencatat transaksi yang valid.
Ketetapan waktu dalam pencatatan transaksi dan pengklarifikasian dalam pelaporan keuangan.
Pengukuran nilai transaksi dan mencatat dalam nilai yang tepat dala laporan keuangan.
Menunjukan periode transaksi tersebut terjadi dan mencatatnya dalam periode yang benar.
Menyajikan secara tepat transaksi dan yang berhubungan dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Bukti transaksi harus ada,karena merupakan fokus dari sistem akuntansi. transaksi meliputi pertukaran aktiva dan jasa diantara kesatuan bisnis dengan pihak luar. Sistem akuntansi perusahaan seharusnya menyediakan/mempunyai kelengkapan transaksi atau “audit trail” untuk setiap transaksi.audit trail adalah rantai penyedian bukti dengan kode,perhitungan dan dokumentasi yang dihubungkan dengan saldo dan hasil iktisar dari data keuangan asli.

3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian melengkapi struktur pengendalian intern.prosedur pengendalian dapat diterapkan pada satu jenis transaksi,misalnya penjualan, prosedur pengendalian dapat diterapkan secara luas dan terintegrasi pada sistem akuntansi yang khusus.klasifikasi dari prosedur pengendalian adalah :
a. Prosedur otorisasi.
maksud utama dari prosedur otorisasi adalah untuk meyakinkan bahwa transaksi diotorisasi oleh manajemen sesuai batas kekuasannya.
b. Pemisah tugas.
setiap kategori dari prosedur pengendalian adalah pemisah tanggung jawab untuk setiap transaksi,dengan demikian dapat tercipta pengecekan silang dalam setiap kerja dari beberapa karyawan.
c. Dokumen dan catatan.
Dokumen merupakan bukti atas kejadian transaksi beserta harga,sifat dan jangka waktu transaksi,faktur,cek,kontrak,dan catatan waktu kerja adalah merupakan dokumen.yang terpenting dalam dokumen adalah adanya penawaran.penawaran dokumen memberikan kepastian untuk :
Bahwa semua transaksi telah tercatat.
Bahwa tidak ada transaksi yang tidak tercatat dan atau transaksi lebih dari
1 kali.
d. Pengendalian akses.
Pengendalian akses sangat penting untuk menjaga aktiva.akses mempunyai dua
dimensi : yaitu akses langsung memegang atau mengelola aktiva,sedangkan
akses tidak langsung melalui penyediaan atau pemrosesan dokumen,seperti
order penjualan,voucer yang mengotorisasi untuk penggunaan aktiva.
e. Verifikasi pihak intern independen
kategori prosedur pengendalian meliputi verifikasi oleh pihak yang independen.
Verifikasi pihak intern yang independen :
1. pengecekan secara teknis terhadap faktur penjualan,voucher,dan perhitungan
Penggajian.
2. perbandingan antara aktiva yang masih ada dengan saldo yang ada di catatan
Akuntansi.
3. rekonsiliasi atas rekening pengendali dengan buku pembantu.

2.6 Konsep Dasar Struktur Pengendalian Intern

Ada tiga konsep dasar yang berkenaan dengan struktur pengendalian intern yaitu:
1. Tanggung jawab manajemen.menetapkan dan mempertahankan struktur pengendalian intern adalah tanggung jawab manajemen meliputi pengawasan struktur pengendalian intern yang sedang berjalan dan jika perlu modifikasinya.
2. kewajaran
Manajemen bukan mencari tingkat absolut atau mutlak,tetapi mencari tingkat yang wajar.hal ini digunakan untuk memastikan bahwa sasaran dari struktur pengendalian dapat dicapai.ada dua alasan yang diberikan dari kata kewajaran dan bukan menggunakan kata absolut yaitu :
Kriteria manfaat-biaya adalah titik kritis bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
Realisassi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi dan profitabilitas.
3. Keterbatasan.
Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan yang melekat padanya.
Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :
a. Faktor manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian.
b. Pengendalian tak mengarahkan pada seluruh transaksi.

2.7 Identifikasi Sasaran Struktur Pengendalian Intern

Struktur pengendalian intern perusahaan normalnya dirancang untuk :
1. Menjamin dapat dipercaya catatan keuangan.
2. Menjaga aktiva.
Sasaran pengendalian dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
1. Validitas.
Seluruh transaksi dicatat mewakili seluruh kejadian yang terjadi.
2. Kelengkapan.
Transaksi yang valid yang harus dicatat.
3. Keabsahan Pencatatan.
Transaksi yang detail telah termasuk secara akurat dari sumber dokumen dan pencatatan transaksi telah dinilai,dievaluasi,diklarifikasi,dicatat dan diposting tepat waktu.



4. Penjagaan.
Aktiva dapat dijaga dan diakses oleh pihak yang sesuai dengan otorisasi menajemen.
5. Purna tanggung jawab.
Saldo yang tercatat dari setiap aktiva dan hutang dibandingkan dengan wujud yang nyata dan setiap aktiva dan hutang tersebut pada setiap intern waktu tertentu.

2.8 Pengertian Penjualan

Penjualan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pada umumnya,yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilakan laba dengan penawaran kebutuhan yang memuaskan kepada pelanggan atau pasar dalam jangka waktu yang panjang. Penjualan menurut prinsip akuntansi Indonesia adalah pendapatan dari menjual barang dan jasa yang jumlahnya diukur dengan pembebanan atas
pembeli,klien dan penyewa untuk barang atau jasa yang diserahkan kepada
mereka.
Menurut Zaki baridwan (1993:103) bagian yang terkait dalam prosedur
Penjualan adalah :
1. Bagian Penjualan.
Bertugas menguasai semua order yang diterima,memeriksa surat order atau surat perintah kerja yang diterima dari langganan dengan melengkapi informasi yang kurang dan berhubungan dengan spesifikasi dan tanggal pengiriman, menentukan tanggal pengiriman dan tempatnya setelah terlebih dahulu bernegoisasi dengan langganan membuat surat perintah pengiriman (shipping order)dan membuat catatan mengenai pengiriman barang.



2. Bagian gudang
Bagian gudang bertugas menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah pengiriman,barang-barang ini diserahkan kepada bagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan kepada pembeli.
3. Bagian Pengiriman.
Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim pesanan (barang) pada pembeli. Pegiriman dilakukan setelah ada surat perintah kerja atau perintah pengiriman dari bagian penjualan.pengiriman dapat dilakukan oleh bagian pengiriman yang dimiliki oleh perusahaan sendiri atau dengan menggunakan jasa pengiriman pihak lain dari luar perusahaan.
4. Bagian Billing
Bagian billing mempunyai tugas membuat atau menerbitkan faktur penjualan dan tembusnya serta mengkalkulasi biaya pegiriman.
5. Bagian Akuntansi.
Bagian yang melakukan catatan pendapatan dan biaya yang berkenaan dengan transaksi penjualan serta biaya-biaya lainnya seperti biaya asuransi.

2.9 Tujuan Penjualan

Tujuan dari suatu penjualan adalah :
1. Mencari volume penjualan tertentu.
2. Mendapat laba tertentu.
3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
Untuk mencapai tujuan dari penjualan tersebut maka perlu adanya kerjasama yang baik antara pelaksanaan penjualan dan fungsionaris didalam perusahaan tersebut.Namun demikian semua ini menjadi tanggung jawab dari pimpinan, karena pimpinanlah yang harus mengukur seberapa besar sukses atau kegagalan yang dihadapinya dan untuk maksud maka pimpinan harus mengkoordinir semua fungsi dengan baik termasuk fungsi penjualan dalam mencapai tujuan tersebut diatas pimpinan mendelegasikan sebagaian wewenangnya terhadap fingsionaris dibawahnya,kepada bagian penjualan.

2.10 Struktur Pengendalian Intern dalam Sistem Penjualan
Dalam menghasilkan informasi yang diperlukan manajemen maka yang perlu dirancang adalah sebagai berikut :
Jaringan prosedur untuk melaksanakan kegiatan penjualan.
Bagian yang terkait dalam penjualan.
Dokumen yang digunakan untuk merekan data.
Catatan akuntansi untuk mengolah data.
Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam penjualan :
1. Organisai.
Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
Transaksi penjualan harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan,fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi.
2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan.
Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan.
Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan cara membubuhkan cap “Lunas” pada faktur penjualan dan menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.
Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “ sudah disetorkan” pada faktur penjualan.
Pencatatan ke dalam catatan akuntansi harus didasarkan pada dokumen sumber yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus oleh karyawan yang diberi wewnang untuk itu.
3. Praktik yang sehat.
Faktur penjualan bernomor urut cetak dan perihalnya dipertangggung jawabkan oleh fungsi penjualan.
Jumlah kas yang diterima dari penjualan disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan.
Penghitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periodic dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksaan intern.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaanya.
Pengembangan pendidikan karyawan sesuai dengan tuntunan perkembangan perkejannya.