Minggu, 22 Mei 2011

organisasi promotor harmonisasi standard akuntansi internasional

Sebagian orang mengklaim bahwa kunci untuk mendapatkan loyalitas adalah dengan membuat pelanggan mampu melontarkan kata WOW setelah membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan. Saya tidak tahu dengan Anda, tapi buat saya ini terdengar seperti sebuah argumentasi dari dimensi pop-culture, bukan sebuah proposisi bisnis yang serius.

Loyalitas pelanggan bisa dibilang merupakan ultimate goal bagi perusahaan. Pelanggan yang loyal akan kembali dan membeli lebih banyak. Pelanggan yang loyal merupakan satu ciri perusahaan yang profitable dan kemapanan stakeholder. Singkatnya, faktor penting pertumbuhan perusahaan.

Fred Reichheld dalam The Ultimate Question menyebut pelanggan yang loyal adalah baru pertanda awal pertumbuhan perusahaan. Pelanggan yang mempromosikan produk atau layanan perusahaan lah yang sesungguhnya prediktor sejati pertumbuhan perusahaan. Ada satu pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak promotor produk atau perusahaan Anda, Reichhel menyebutnya sebagai Net Promoter Score (NPS).

NPS merujuk pada perspektif sederhana bahwa pelanggan dapat dibagi atas tiga katagori. Promotor, merupakan pelanggan yang loyal dan antusias terhadap produk atau layanan perusahaan, selalu membeli, dan mendorong orang lain untuk turut membeli/menggunakan produk yang sama. Pasif, merupakan kumpulan pelanggan yang puas, tetapi tidak antusian merekomendasikan produk atau layanan kepada pihak lain. Pelanggan jenis ini mudah beralih ke produk kompetitor. Detraktor adalah pelanggan yang kecewa terhadap produk serta memberikan komentar buruk atas produk. NPS adalah hasil persentase promotor dikurangi detraktor.

Secara konsep mungkin terlihat sederhana. Namun, hanya sedikit perusahaan yang bisa memiliki NPS positif dan di atas 50 persen. Amazon.com, eBay, Costco, Vanguard, dan Dell adalah contoh perusahaan dalam kelompok ini. Namun, kebanyakan perusahaan tersebar di kisaran 5-10 persen. Dengan kata lain, jumlah detraktor hampir mendekati promotor. Tidak sedikit pula yang memiliki NPS negatif yang tentunya menjadi alasan banyak perusahaan tidak bisa memberikan keuntungan, pertumbuhan berkelanjutan, tak peduli betapa agresif mereka menghabiskan uang untuk mempromosikan produk atau jasa.

Dalam kerangka TRUST (kepercayaan) yang digagas oleh Stephen M. R. Covey, NPS menjadi acuan untuk mengukur Market Trust yang dimiliki perusahaan. Stephen, dalam bukunya Leading at The Speed of Trust menjelaskan bahwa terdapat 5 gelombang kepercayaan yang mampu membangun kredibilitas organisasi. Self Trust-Relationship Trust-Organizational Trust-Market Trust-Societal Trust. Market trust menekankan bahwa semakin banyak orang yang mempercayai produk Anda, semakin tangguh pula market trust Anda.

Kebanyakan orang berbisnis dengan pihak-pihak yang mereka percaya. Kebanyakan orang juga membeli produk atau layanan yang dipercaya akan memberikan apa yang sudah janjikan. Reputasi baik jadi salah satu pemicu banyak orang untuk mengikat kerjasama atau membeli produk-produk tertentu. Bagi organisasi bisnis maupun nirlaba, reputasi perusahaan tentunya menjadi modal untuk mempertahankan pertumbuhan organisasi.

Market Trust menunjukkan kepercayaan konsumen atas jasa atau produk yang mereka gunakan. Market Trust tidak serta merta dapat dibangun oleh ratusan juta rupiah iklan di layar kaca atau media cetak. Market Trust tidak pula datang hanya dengan daya persuasi sales force perusahaan yang andal. Market Trust terbangun hanya atas kualitas yang andal dari merek, dimana ujung-ujungnya menciptakan sejumlah promotor.

Apa jadinya jika perusahaan tidak memiliki promotor?

Untuk bisnis yang sifatnya monopoli, promotor tidak akan berpengaruh penting. Pasalnya, pelanggan tidak memiliki alternatif produsen lain yang menciptakan produk atau jasa lain. Bisnis terus berjalan meski begitu banyak komplain atau keluhan atas layanan.

Namun, tidak begitu mudah bagi mereka yang bergulat di pasar yang sudah penuh dengan pemain. Mau tidak mau, mereka harus menghindari detraktor dan menciptakan promotor. Brand harus memiliki hubungan yang kuat dan positif dengan pelanggan. Kepercayaan dan hubungan yang solid antara produk dengan konsumen sesungguhnya dapat dibangun dengan upaya serupa yang dilakukan individu ketika ingin membangun dirinya menjadi pribadi yang layak dipercaya. Market Trust dibangun dengan memperkuat "Karakter" dan "Kompetensi" dari produk atau layanan yang kita berikan. Apa maksudnya?

Seperti halnya individu, produk harus memiliki "karakter" yang tangguh ketika mulai diperkenalkan ke pasar. Karakter pertama, integritas. Apakah produk/layanan kita memiliki kualitas sesuai yang kita janjikan? Jika pelanggan bermasalah ketika menggunakan produk/layanan tersebut, apakah perusahaan sebagai produsen bertindak cepat untuk menyelesaikan masalah? Apakah produk/layanan yang dijual semata-mata untuk mencari untung, bukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan?

Dari sisi kompetensi, produk/layanan dapat dikatakan memiliki kompetensi jika mampu membuat konsumen mencapai maksudnya ketika menggunakan produk/layanan tersebut. Produk/layanan pun harus memiliki track record yang baik dan mendorong pelanggan merekomendasikannya kepada orang lain.

Kita semua yakin bahwa tanpa kepercayaan pelanggan, hal-hal lainnya tidak akan berarti. Mereka yang memiliki kepercayaan terhadap produk kitalah yang telah membantu memperluas jangkauan produk di pasar. Para promotor, agen marketing tanpa insentif, serta ajian Word of Mouth Marketing mereka adalah satu keajaiban di dunia bisnis yang sayang bila disia-siakan.


Satyo Fatwan
Managing Partner
Dunamis Organization Services


Dikutip dari Warta Ekonomi edisi 28 Juni 2010

dewi novi h
4eb04

rekonsiliasi dan pengakuan bersama (timbal balik)perbedaan standard akuntansi

Rekonsiliasi dan pengakuan bersama (timbal balik) perbedaan standar akuntansi
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama

dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas : (1)rekonsiliasi dan (2) pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik”/ resiprositas). Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan. Sebagai contoh, Komisi Pasar Modal AS (SEC). Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal. Sebagai contoh, Bursa Efek London menerima laporan keuangan berdasarkan GAAP AS untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan asing.

sumber :http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:mXoZZHuFOygJ:pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/32026-9-474219208394.doc+rekonsilisasi+dan+pengakuan+bersama+perbedaan+akuntansi+internasional&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiU_2lWXzKmFWYHpGE8O1jf1v37dd11gzH-0ENN47zrMd9Ejeyr4bw6VDOheHWH-bRc1W0yNAJ50IjwcwUSfcFDrmj5kncnax-2ALCiXbYS3iP_NPutBE2IROqF6iop3X62Ii56&sig=AHIEtbS-6Nnnh6y87YlO2RF0QksdSyaSSA&pli=1

Dewi Novi H
4eb04

pro dan kontra harmonisasi standard akuntansi internasional

PRO DAN KONTRA HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Sampai saat sekarang ini, negara barat masih gencar mempromosikan perlunya harmonisasi standar akuntansi internasional. Tujuan utama upaya tersebut adalah untuk meningkatkan daya banding (comparability) laporan keuangan terutama bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di berbagai belahan dunia. Tidak mengherankan jika pihak barat membentuk suatu badan yang dinamakan International Accounting Standard Committee (IASC), yang sekarang berubah namanya menjadi International Accounting Standard Board (IASB). Badan ini bertugas menghasilkan standar akuntansi internasional (International Financial Reporting Standards-IFRS).
Alasan utama penyajian laporan keuangan yang memenuhi standar adalah untuk kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri di masa depan, baik ditinjau dari segi penguna internal maupun pengguna eksternal. Pengakuan publik akan kelengkapan dan ketransparanan laporan keuangan sebuah perseroan terbuka meningkatkan tekanan sektor bisnis untuk menyediakan laporan keuangan yang sesuai dengan standar.
alasan lainnya untuk memudahkan bagi para investor yang ingin melakukan kegiatan investasinya di negara lain, yang membutuhkan laporan keuangan berstandar internasional agar dapat mengetahui keadaan perusahaan tersebut.

Meskipun IASB tidak memiliki power untuk mewajibkan semua negara menyusun laporan keuangan berdasarkan International Financial Reporting Standards, sampai saat ini badan tersebut dapat dikatakan sangat berpengaruh dalam proses harmonisasi. Hal ini tidak mengherankan karena negara-negara kapitalis terutama Amerika memainkan peranan penting dalam menghasilkan standar tersebut. Dengan kata lain, harmonisasi standar akuntansi internasional merupakan harmonisasi yang didasarkan pada model akuntansi Anglo-Saxon, tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan sistem akuntansi, lingkungan ekonomi, sosial dan budaya negara lain (Hoarau 1995). Lebih lanjut Hoarau mengatakan bahwa standar yang dihasilkan sangat didominasi oleh konsep akuntansi yang dipraktikkan di USA. Dengan kata lain yang sekarang adalah upaya hegemoni Amerika dalam penyusunan laporan keuangan melalui standar akuntansi internasional.
Meskipun standar akuntansi yang dihasilkan IASB membahas pedoman yang kurang mendetail dan ruang lingkupnya terbatas bila dibandingkan dengan standar akuntansi versi USA (Statement of Financial Accounting Standards), IFRS tetap didasarkan pada konsep dan pendekatan akuntansi yang sama. Sebagai akibatnya, IFRS kemungkinan banyak bertentangan dengan tujuan pelaporan keuangan dan lingkungan social, ekonomi, dan budaya negara lain, terutama yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan negara kapitalis. Lebih khusus lagi, standar yang dihasilkan banyak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini disebabkan konsep ekonomi kapitalis yang mendasari penyusunan standar akuntansi negara barat jauh berbeda dengan konsep ekonomi Islam.
Standar akuntansi yang dihasilkan model akuntansi Anglo-Saxon menganut paham yang mengakui adanya nilai waktu dari uang, yang menghasilkan konsep bunga. Sementara itu, Islam secara tegas menolak digunakannya nilai waktu dari uang dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan konsep tersebut sama artinya dengan riba, dan riba jelas dilarang dalam Islam. Riba dilarang dalam ajaran Islam karena riba menunjukkan ketidakadilan. Capra (1994) menyebutkan bahwa ketidakadilan tersebut muncul karena distribusi keuntungan yang didasarkan pada jumlah yang tetap, dapat merusak mekanisme harga dan menyebabkan alokasi sumber ekonomi yang mengarah pada penumpukan modal yang terpusat pada sekelompok orang tertentu.
Larangan terhadap riba memiliki implikasi tersendiri bagi harmonisasi standar akuntansi internasional. Sejauh ini standar akuntansi yang diterima secara internasional selalu mempertimbangkan faktor bunga, yang jelas dilarang dalam Islam (Hamid et al. 1993). Contoh standar akuntansi yang dihasilkan IASB (IASC) adalah akuntansi untuk sewa guna usaha/lease (IAS 17), Akuntansi Dana Pensiun (IAS 19 dan IAS 26), dan Akuntansi Kapitalisasi Cost Pinjaman (IAS 23). Standar tersebut pada dasarnya sama dengan standar akuntansi yang dikeluarkan Amerika melalui Financial Accounting Standar Board (FASB), seperti standar akuntansi Dana Pensiun (SFAS 87 dan 88), Amortisasi Hutang Jangka Panjang (Accounting Principles Board-APB 12), Bunga atas Piutang dan Hutang (APB 21), Leasing (SFAS 12), Resturkturisasi Hutang (SFAS 15), Pelaporan Hutang Pensiun (SFAS 88) dan pelunasan Hutang (APB 26).
Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah isu yang berkaitan dengan penilaian aktiva. Dalam akuntansi Anglo-Saxon, penilaian suatu aktiva terutama persediaan dan surat berharga umumnya dilandasi konsep konservatisme. Konsep ini mengakui rugi atau penurunan aktiva meskipun rugi atau penurunan tersebut belum terealisasi. Sebaliknya, konsep tersebut menunda pengakuan pendapatan atau kenaikan nilai aktiva sampai pendapatan atau kenaikan nilai aktiva tersebut betul-betul sudah terealisasi. Konsekuensi dari konsep ini adalah digunakannya metode penilaian persediaan dan surat berharga jangka pendek berdasarkan pada nilai terendah antara cost dan harga pasar (lower cost or market). Sementara itu, untuk tujuan perhitungan zakat-yang merupakan salah satu tujuan pelaporan berbasis ajaran Islam-ajaran Islam menilai kedua jenis aktiva tersebut berdasarkan pada nilai bersih yang dapat direalisasi atau net realizable value (Gambling dan Karim 1991). Dengan demikian jelas bahwa Islam tidak mengakui adanya konsep nilai terendah di antara cost dan harga pasar, seperti yang digunakan dalam akuntansi kapitalis.
Masalah yang ketiga adalah aplikasi dari konsep kesinambungan (going concern). Pemakaian konsep ini memungkinakn digunakannya penilaian aktiva berdasarkan cost historis untuk menunjukkan obyektifitas pengukurannya. Atas dasar cost historis ini, nilai aktiva pada tanggal tertentu (tanggal neraca) akan sama dengan nilai aktiva pada tanggal pertama kali aktiva tersebut diperoleh. Alasan utama diterapkannya konsep going concern tersebut adalah: (1) untuk memungkinkan dilakukannya klasifikasi aktiva dan hutang menjadi kelompok lancar dan tidak lancar, (2) memungkinkan dilakukannya penandingan (matching) antara pendapatan dengan biaya.
Dari sudut pandang ajaran Islam, kedua alasan tersebut dapat dipertanyakan dan tidak relevan (Gambling dan Karim 1991). Dalam ajaran Islam, klasifikasi aktiva kedalam lancar dan tidak lancar pada dasarnya dimaksudkan untuk menentukan besarnya kekayaan yang akan digunakan dalam penentuan besarnya zakat. Aktiva lancar tersebut diharapkan dapat dikonsumsi, atau dijual untuk menghasilkan kas dalam periode waktu dimana zakat akan dikenakan atas kekayaan tersebut. Sementara aktiva tidak lancar, akan tetap ditahan atau disimpan pada periode di luar periode zakat tersebut (Abdel-Magid 1981). Atas dasar hal ini, laporan keuangan harus mampu menyajikan informasi mengenai aktiva, yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar pengenaan zakat. Dengan demikian penilaian zakat akan menentukan metode penilaian aktiva. Metode yang tepat untuk menilai aktiva yang relevan dengan tujuan perhitungan zakat adalah net realizable value atau metode penilaian yang disarankan oleh Chambers (1966) yaitu continuously contemporary accounting (CoCoA).
Atas dasar metode CoCoA aktiva harus dinilai menurut nilai pasar pada tanggal neraca. Jadi setiap aktiva harus dapat dinilai secara individu, terpisah dari kekayaan perusahaan secara keseluruhan. Akibatnya, dalam konteks Islam tidak ada pengakuan aktiva seperti goodwill, karena goodwill tidak dapat dilihat bentuk wujudnya dan tidak dapat dinilai secara individu terpisah dari nilai perusahaan secara keseluruhan.
Hal lain yang bertentangan dengan ajaran Islam adalah penggunaan konsep economic substance over legal form. Model akuntansi Anglo-Saxon jelas memisahkan substansi ekonomi suatu transaksi dengan status hukum dari transaksi tersebut. Atas dasar konsep ini, jika suatu transaksi ditinjau dari substansi ekonominya memiliki kriteria sebagai elemen laporan keuangan (karena memenuhi definisi, dapat diukur, dan diakui dalam laporan keuangan), maka transaksi tersebut dapat diakui dalam laporan keuangan meskipun secara yuridis tidak boleh diakui. Contoh klasik adalah mesin yang disewa oleh perusahaan melalui kontrak capital lease. Apabila secara substansi ekonomi memenuhi kriteria sebagai aktiva (seperti diatur dalam standar), maka mesin yang disewa tersebut dapat diakui sebagai harta kekayaan si penyewa dan dilaporkan dalam neraca sebagai harta milik penyewa. Namun demikian, dari aspek yuridis mesin tersebut tetap menjadi harta pemilik bukan penyewa. Konsep ini, jelas bertentangan dengan konsep pemilikan dalam ajaran Islam (Karim 1995).
Atas dasar perbedaan sudut pandang di atas, maka cukup rasional untuk mengatakan bahwa akuntansi seharusnya dikembangkan sesuai dengan kondisi lingkungan dimana akuntansi tersebut akan dipraktikkan. Praktik akuntansi kapitalis, jelas tidak semuanya dapat dipraktikkan di lingkungan yang bernafaskan Islam karena konsepnya jelas berbeda dan banyak yang bertentangan.

sumber : http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:skUCWwaA0wIJ:eprints.undip.ac.id/22807/1/SKRIPSI_MEGA.PDF+skripsi+ADOPSI+INTERNATIONAL+FINANCIAL+REPORT+STANDARD:&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShph2PZAKlXiRTLz_7d1xGjdZ_GtWPaieXRvnvWPv17oK5GZAtHDuUC-DuGQxhzzylHrJ24_d6kYzE6d-QGfA4JW_Dwhw6uoKUcp1O28KomvLjW4emCn7NupVz9iOR88-9zTFHY&sig=AHIEtbT3i1pBiKk_4E03uAH5pvrGWf88DA

http://staff.undip.ac.id/akuntansi/anis/2009/05/26/harmonisasi-standar-akuntansi-internasional-analisis-kritis-dari-perspektif-islam/

Dewi Novi H
4eb04

perbedaan harmonisasi dan standard akuntansi internasional

PERBEDAAN HARMONISASI DAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

Merupakan pemberlakuan atau penerapan suatu set standar yang sempit dan baku. Standarisasi adalah suatu set standar yang harus diterapkan di semua situasi. Standarisasi tidak menampung perbedaan nasional, oleh karena itu lebih sulit untuk diterapkan secara internasional. Namun, ternyata standarisasi terlalu serius dan ambisius untuk dicapai dan juga direalisasi. Akhirnya dalam Preface and Constitution tahun 1982 dinyatakan bahwa tujuan harmonisasi adalah lebih perlu untuk di capai. Harmonisasi adalah proses peningkatan komparalititas praktik akuntansi dengan memberikan batas seberapa banyak variasinya. Hormonisasi standar meminumkan konflik dan meningkatkan komparabilitas informasi keuangan dari Negara-negar berbeda. (Choi, et.al, 1999:248)

Harmonisasi lebih fleksibel dan terbuka dan tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua. Konsep harmonisasi berarti bahwa standar yang berbeda boleh berlaku di masing-masing Negara anggota selama standar tersebut “selaras” satu sama lain berarti bahwa standar tersebut secara logis seharusnya tidak boleh bertentangan.

Yang perlu diperhatikan, harmonisasi ”membolehkan” dengan pengungkapan yang memadai, sedangkan standarisasi “mengharuskan” semua perusahaan, jika perusahaan tersebut ingin menaati prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP). Dengan demikian, harmonisasi menghasilkan hasil pengukuran akuntansi dan keuangan yang berbeda dibandingkan dengan standarisasi. Lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of

Securities Commissions).

IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi IASC didirikan pada tahun 1973 dan beranggotakan anggota organisasi profesi akuntan dari sepuluh negara. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134 organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah (1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta (2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan. Beberapa Negara seperti Singapura, Zimbabwe dan Kuwait malah mengadopsi International Accounting Standard sebagai standar akuntansi negara mereka

Tujuan Harmonisasi

1. Startegi induk perusahaan untuk lebih banyak melakukan expansi dengan mendirikan anak perusahaan di berbagai Negara lain.

2. Jika tercipta harmonisasi, terciptanya pemahaman atas penyajian informasi induk perusahaan maupun anak perusahaan atau sebaliknya.

3. Tidak memerlukan proses rumit

4. Tidak terjadi bias akan informasi

Harmonisasi akuntansi meliputi:

1. Harmonisasi standar akuntansi yang berkaitan dengan pelaporan dan penilaian laporan

2. Harmonisasi pengungkapan yang dibuat perusahaan public di bursa terkait dengan penawaran sekuritas dan pencatatan di bursa efek

3. Harmonisasi standar audit

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Akuntansi

Seperti halnya dunia bisnis pada umumnya, praktik-praktik akuntansi beserta pengungkapan informasi finansial di perusahaan di berbagai negara dipengaruhioleh berbagai faktor. Radebaugh dan Gray (1997:47) menyebutkan sedikitnya ada empat belas faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah sifat kepemilikan perusahaan, aktivitas usaha, sumber pendanaan dan pasar modal, sistem perpajakan, eksistensi dan pentingnya profesi akuntan, pendidikan dan riset akuntansi, sistem politik, iklim sosial, tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tingkat inflasi, sistem perundang-undangan, dan aturan-aturan akuntansi. Lebih rinci, Radebaugh dan Gray menjelaskan hubungan antara faktor-faktor tersebut di atas dengan sistem akuntansi perusahaan sebagai berikut.

a. Sifat kepemilikan perusahaan

Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki public dibandingkan dengan pada perusahaan keluarga.

b. Aktivitas usaha

Sistem akuntansi dipengaruhi oleh jenis aktivitas usaha, misalnya agribisnis yang berbeda dengan manufaktur, atau perusahaan kecil yang berbeda dengan perusahaan multinasional.

c. Sumber pendanaan

Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari para pemegang saham eksternal dibandingkan dengan pada perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.

d. Sistem perpajakan

Negara-negara seperti Perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

e. Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan

Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat system akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang masih menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.

f. Pendidikan dan riset akuntansi

Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara yang sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan riset akuntansi yang bermutu.

g. Sistem politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada sistem akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik di negara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (central planning) atau swastanisasi (private enterprisesh. Iklim social Iklim sosial diartikan sebagai sikap atas penghargaan terhadap hak-hak pekerja dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Informasi yang berkaitan dengan

hal-hal tersebut pada umumnya dipengaruhi atas sistem sosial tersebut.

i. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari sistem akuntansi, antara lain dengan mulai diperhitungkannya depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merek, goodwill dan sumber daya manusia.

j. Tingkat inflasi

Timbulnya hyperinflation di beberapa negara di kawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan historical cost.

k. Sistem perundang-undangan

Di negara-negara seperti Perancis dan Jerman yang menggunakan civil codes, aturan-aturan akuntansi yang dipakai cenderung rinci dan komprehensif, berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris yang menggunakan common law.

Standar dan aturan akuntansi yang ditetapkan di negara tertentu tentunya tidak sepenuhnya sama dengan negara lain. Peran profesi akuntan dalam menentukan standar dan aturan akuntansi lebih banyak ditemukan di negara-negara yang telah memasukkan aturan-aturan profesional dalam aturan-aturan perusahaan, seperti di Inggris dan Amerika Serikat. Sementara itu Christopher Nobes dan Robert Parker (1995:11)menjelaskan adanya tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang berskala internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah (1) sistem hukum, (2) pemilik dana, (3) pengaruh system perpajakan, dan (4) kemantapan profesi akuntan. (5) inflasi, (6) teori akuntansi dan (7) accidents of history .

REFERENSI:

Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 1, No.2, Nopember 1999: 144 – 161

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/5307372378.pdf

perbedaan akuntansi inflasi di AS inggris dan Brazil

Perbedaan Akuntansi Inflasi di AS, Inggris, Brazil
Di AS, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me restate, ke dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi dalam, semua aset-aset dan kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang). Hasilnya dimaksudkan untuk menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja perusahaan dalam mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89, paragraf 65-66). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil, tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi.

Referensi : “Akuntansi Internasional” Simon & Schuter(Asia) Pte, Ltd. Salemba

laporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi

PELAPORAN KEUANGAN DALAM PEREKONOMIAN HIPERINFLASI
PELAPORAN KEUANGAN DALAM EKONOMI HIPERINFLASI Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsure-unsur yang tidak material

01. Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi).

02. Dalam ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan daya beli sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah-jumlah dari transaksi dan kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama, menjadi menyesatkan.

03. Pernyataan ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain: (a) penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli; (b) penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut; (c) harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat; (d) suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan (e) tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.

04. Semua entitas yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan.

05. Harga berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat pengaruh politik, ekonomi, dan sosial secara umum atau spesifik. Pengaruh spesifik seperti perubahan permintaan dan penawaran dan perubahan teknologi dapat menyebabkan kenaikan atau penurunan harga individual secara signifikan dan independen antara satu dengan lainnya. Selain itu, pengaruh umum dapat menyebabkan perubahan tingkat harga umum dan daya beli uang.

06. Entitas yang menyusun laporan keuangan dengan dasar akuntansi biaya historis melakukannya tanpa mempertimbangkan perubahan tingkat harga umum ataupun kenaikan harga tertentu dari aset atau liabilitas yang diakui. Pengecualian atas prinsip ini diterapkan bagi aset dan liabilitas yang disyaratkan, atau dipilih, untuk diukur pada nilai wajar. Misalnya, aset tetap dapat direvaluasi pada nilai wajar. Namun beberapa entitas menyajikan laporan keuangan berdasarkan pendekatan biaya kini yang mencerminkan dampak perubahan harga spesifik dari aset yang dimiliki.

07. Dalam ekonomi hiperinflasi, laporan keuangan, baik yang disusun berdasarkan pendekatan biaya historis maupun pendekatan biaya kini, hanya akan berguna jika dinyatakan dalam unit pengukuran yang berlaku pada akhir periode pelaporan. Oleh karena itu, Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi. Entitas tidak diizinkan menyajikan secara terpisah laporan keuangan yang tidak disajikan kembali walaupun melampirkan informasi yang disyaratkan oleh Pernyataan ini.

08. Laporan keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya merupakan mata uang ekonomi hiperinflasi, berdasarkan pendekatan biaya historis atau pendekatan biaya kini, disajikan dalam unit pengukuran yang berlaku pada akhir periode pelaporan. Angka-angka terkait untuk periode sebelumnya yang disyaratkan oleh PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan setiap informasi dalam periode sebelumnya juga disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Untuk tujuan penyajian jumlah komparatif dalam mata uang penyajian yang berbeda, diterapkan PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan



Sumber :


Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAKAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi


IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia)

laporan keuangan berpotensi menyesatkan

Laporan Keuangan Berpotensi Menyesatkan
Berikut adalah contoh kasus dari laporan keuangan berpotensi menyesatkan. Seharusnya laporan keuangan tidak boleh menyesatkan, tapi harus akurat, dapat diandalkan, dapat dibandingkan, dan relevan
Pengelolaan Keuangan Pemkab Barru Terburuk
MAKASSAR – Pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barru dinilai paling buruk di wilayah Sulsel.Salah satu indikatornya, alokasi dana perbantuan APBN turun drastis dari tahun -tahun sebelumnya.

Kesimpulan ini disampaikan pengamat keuangan publik dari Universitas Patria Artha Makassar Bastian Lubis kemarin.Dia mengatakan, dari data yang mereka miliki diketahui dana perbantuan APBN dari kementerian teknis turun drastis pada 2010 ini untuk Pemkab Barru.Padahal, pada 2008, alokasi dana perbantuan Pemkab Barru sebesar Rp13,178 miliar.

Memasuki 2009, dana bantuan untuk Pemkab Barru naik Rp21,117 miliar.Namun,pada 2010 justru terjun bebas dan hanya Rp2,044 miliar.“Lihat saja angkaangka itu.Sangat jauh turunnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya kemarin. Seharusnya alokasi dana bantuan APBN untuk Pemkab Barru naik untuk 2010 ini.

Sebab, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBNP) 2010 ini ada kenaikan. Dengan turunnya dana perbantuan tersebut bisa muncul dugaan buruknya laporan keuangan daerah tersebut.Kedua adalah tidak menutup kemungkinan akan memunculkan dugaan korupsi pada kemudian hari.

“Hal itu bisa saja terjadi karena tidak rapinya laporan keuangan bisa berpotensi korupsi,” tandasnya. Sementara Kepala Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sulsel Krisdiyanto mengatakan, naik-turunnya dana perbantuan untuk tiap daerah atas banyak pertimbangan.)

Sumber : http://www.makassarterkini.com/index.php/metro/index.php?option=com_content.

Kamis, 14 April 2011

Istlah Akuntansi Inflasi

akuntansi Inflasi adalah istilah yang menggambarkan berbagai sistem akuntansi yang dirancang untuk memperbaiki masalah yang timbul dari akuntansi di hadapan inflasi .akuntansi Inflasi digunakan di negara-negara mengalami biaya historisinflasi yang tinggi atau hiperinflasi . Sebagai contoh, di negara-negara yang mengalami hiperinflasi Dewan Standar Akuntansi Internasional mengharuskan perusahaan laporan keuangan yang akan disesuaikan dengan perubahan daya beli dengan menggunakan indeks harga .

Akuntan di Inggris dan Amerika Serikat telah membahas dampak inflasi terhadap laporan keuangan sejak awal 1900-an, dimulai dengan nomor indeks teori dan daya beli . Irving Fisher 's 1911 Buku The Power Pembelian Uang tersebut digunakan sebagai sumber oleh Henry W. Sweeney dalam bukunya stabil Akuntansi 1936, yang sekitar Konstan Purchasing Power Akuntansi . This model by Sweeney was used by The American Institute of Certified Public Accountants for their 1963 research study (ARS6) Reporting the Financial Effects of Price-Level Changes , and later used by the Accounting Principles Board (USA), the Financial Standards Board (USA), and the Accounting Standards Steering Committee (UK). Model oleh Sweeney digunakan oleh The American Institute Akuntan Publik untuk studi mereka penelitian 1963 (ARS6) Melaporkan Efek Keuangan Tingkat Perubahan Harga, dan kemudian digunakan oleh Dewan Prinsip Akuntansi (AS), Dewan Standar Keuangan (Amerika Serikat ), dan Standar Akuntansi Komite Pengarah (Inggris). Sweeney advocated using a price index that covers everything in the gross national product . Sweeney menganjurkan menggunakan indeks harga yang mencakup segala sesuatu dalam produk nasional bruto . In March 1979, the Financial Accounting Standards Board (FASB) wrote Constant Dollar Accounting , which advocated using the Consumer Price Index for All Urban Consumers (CPI-U) to adjust accounts because it is calculated every month. Pada bulan Maret 1979, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (FASB) menulis Konstan Dolar Akuntansi, yang menganjurkan menggunakan Indeks Harga Konsumen untuk Semua Urban Konsumen (CPI-U) untuk menyesuaikan akun karena dihitung setiap bulan.
During the Great Depression , some corporations restated their financial statements to reflect inflation. Selama Depresi Besar , beberapa perusahaan menyajikan kembali laporan keuangan mereka untuk mencerminkan inflasi. At times during the past 50 years standard-setting organizations have encouraged companies to supplement cost-based financial statements with price-level adjusted statements. Pada saat selama 50 tahun terakhir penetapan standar organisasi telah mendorong perusahaan untuk melengkapi laporan keuangan berbasis biaya dengan laporan yang disesuaikan tingkat harga. During a period of high inflation in the 1970s, the FASB was reviewing a draft proposal for price-level adjusted statements when the Securities and Exchange Commission (SEC) issued ASR 190, which required approximately 1,000 of the largest US corporations to provide supplemental information based on replacement cost . Selama periode inflasi tinggi di tahun 1970, FASB sedang meninjau proposal rancangan untuk tingkat disesuaikan laporan-harga ketika Securities and Exchange Commission (SEC) mengeluarkan ASR 190, yang membutuhkan sekitar 1.000 dari perusahaan terbesar AS untuk memberikan informasi tambahan berdasarkan pada biaya pengganti . The FASB withdrew the draft proposal.FASB menarik RUU.


http://en.wikipedia.org/wiki/Inflation_accounting

Minggu, 03 April 2011

persamaan dan perbedaan sistem akuntansi di negara negara maju

Perbedaan dan persamaan akuntansi di negara maju
Perbedaan dan persamaan akuntansi Negara maju
Dalam Sistem perpajakan
Negara-negara seperti Perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.
Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan
Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat system akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang masih menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.
Pendidikan dan riset akuntansi
Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara yang sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan riset akuntansi yang bermutu.

Aturan-aturan akuntansi
Standar dan aturan akuntansi yang ditetapkan di negara tertentu tentunya tidak sepenuhnya sama dengan negara lain. Peran profesi akuntan dalam menentukan standar dan aturan akuntansi lebih banyak ditemukan di negara-negara yangtelah memasukkan aturan-aturan profesional dalam aturan-aturan perusahaan, seperti di Inggris dan Amerika Serikat. Sementara itu Christopher Nobes dan Robert Parker (1995:11)menjelaskan adanya tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang berskala internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
(1) sistem hukum,
(2) pemilik dana,
(3) pengaruh system perpajakan
(4) kemantapan profesi akuntan.
(5) inflasi,
(6) teori akuntansi
(7) accidents of history .
Sistem hukum
Peraturan perusahaan, termasuk dalam hal ini adalah sistem dan prosedur akuntansi, banyak dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di suatu negara. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda menganut Sistem hukum yang digolongkan dalam codified Roman law. Dalam codified law, aturan-aturan dikaitkan dengan ide dasar moral dan keadilan, yang cenderung menjadi suatu doktrin. Sementara itu negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat,dan negara-negara persemakmuran Inggris menganut sistem common law. Dalam common law, dicoba adanya suatu jawaban untuk kasus-kasus yang spesifik dan tidak membuat suatu formulasi umum.
Sumber pendanaan
Berdasarkan sumber pendanaan, perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua. Kelompok yang pertama adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar dananya dari para pemegang saham di pasar modal (shareholder). Kelompok kedua adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar dananya dari bank, negara atau dana keluarga. Umumnya di negara-negara dengan sebagian besar perusahaan yang dimiliki oleh shareholders namun para shareholders ini tidak mempunyai akses atas informasi internal, lebih banyak tuntutan atas adanya pengungkapan (disclosure), pemeriksaan (audit) dan informasi yang tidak bias (fair information).
Sistem perpajakan
Sejauh mana sistem perpajakan dapat mempengaruhi sistem akuntansi adalah dengan melihat sejauh mana peraturan perpajakan menentukan pengukuran akuntansi (accounting measurement). Di Jerman, pembukuan menurut pajak harus sama dengan pembukuan komersial. Sedangkan di banyak negara lain seperti Inggris, Amerika Serikat dan juga termasuk Indonesia, terdapat aturan – aturan yang berbeda antara perpajakan dan komersial perusahaan. Contoh yang paling jelas mengenai hal ini adalah depresiasi.
Profesi akuntan
Badan-badan yang dibentuk sebagai wadah profesi ternyata berbeda-beda di setiap negara, dan hasil yang berupa aturan-aturan atau standar dipengaruhi oleh bentuk, wewenang dan anggota dari badan-badan tersebut. Di beberapa negara ditemui adanya pemisahan profesi akuntan, sebagai ahli perpajakan atau hanya sebagai akuntan perusahaan. Anggota suatu badan yang mengatur standar akuntansi bisa terdiri hanya dari kalangan akuntan publik atau mengikutsertakan pihak-pihak dari kalangan dunia usaha, industri, pemerintah dan kalangan pendidik. Tingkat pendidikan dan pengalaman dalam dunia praktis sebagai syarat seseorang untuk bisa menjadi anggota badan tersebut juga akan menentukan kualitas standar dan aturan akuntansi sebagai keluaran yang dihasilkan.
sumber:http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/faktor-akuntansi-internasional/
Diposkan oleh Hedwig_japholic di 19:51
Label: perbedaan dan persamaan akuntansi di negara maju

nama : dewi novi handayani
npm : 20207307

sistem akuntansi negara negara maju

Sistem Akuntansi Negara-Negara Maju
Perancis

Perancis merupakan pendukung utama penyeragaman akuntansi nasional di dunia. Kementrian Ekonomi Nasional menyetujui Plan Comptale General ( kode akuntansi nasional ) resmi yang pertama pada bulan September 1947. Pada Tahun 1986, renana tersebut diperluas untuk melaksanakan ketentuan dalam Direktif Ketujuh UE terhadap laporan keuangan konsolidasi dan revisi lebih lanjut pada tahun 1999. Plan Comptable General berisi :
o tujuan dan prinsip akuntansi seta pelaporan keuangan
o definisi aktiva, kewajiban, ekuitas pemegang saham, pendapatan dan beban
o atauran pengakuan dan penilaian
o daftar akun standar, ketentuan mengenai penggunaannya, dan ketentuan tata buku lainnya
o contoh laporan keuangan dan aturan penyajiannya2

Ciri khusus akuntansi di Perancis adalah terdapatnya dikotomi antara laporan keuangan perusahaan secara tersendiri dengan laporan keuangan kelompok usaha yang dikonsolidasikan. Meskipun akun-akun perusahaan secara tersendiri harus memenuhi ketentuan pelaporan wajib, hukum memperbolehkan perusahaan Perancis untuk mengikuti Standar Pelaporan Keuangan internasional.


Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi
Lima organisai utama yang terlibat dalam proses penetapan standar di Prancis adalah :
1. Counseil National de la Comptabilite atac CNC (Badan Akuntansi Nasional)
2. Comite de la Reglemetation Comptable or CRC (Komite Regulasi Akntansi)
3. Autorite des Marches Financiers or AMF (Otoritas Pasar Keuangan)
4. Ordre des Experts-Comtable or OEC (Ikatan Akuntansi Publik )
5. Compagnie Nationale des Commisaires aix Comptes or CNCC (Ikatan Auditor Kepatuhan Nasional)

Di Perancis profesi akuntansi dan auditing sejak dahulu telah terpisah. Akuntan dan auditor Perancis diwakili oleh kedua lembaga, yaitu OEC dan CNCC, meski terdapat sejumlah orang yang menjadi anggota keduannya. Sesungguhnya, 80% akuntan dengan kualifikasi di Perancis memiliki kedua klasifiksi tersebut. Dua lembaga profesional memiliki hubungan dekat dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Kedua terlibat dalam pengembangan standar akuntansi melalui CNC dan CRC dan keduannya mewakili Perancis di IASB


Pelaporan Keuangan
Perusahaan Prancis harus melaporkan berikut ini :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Catatan atas laporan keuangan
4. Laporan direktur
5. Laporan auditor

Laporan keuangan seluruh perusahaan perseroaan dan perusahaan dengan kewajiban terbatas lainnya yang melebihi ukuran tertentu harus diaudit. Perusahaan besar juga harus menyiapka dokumen yang terkait dengan pencegahan kepailitan perusahaan dan laporan sosial, yang keduanya hanya terdapat di Perancis.

Ciri utama pelaporan di Perancis adalah ketentuan mengenai pengungkapan catatan kaki yang ekstensif dan detail yang meliputi hal-hal berikut :
• Penjelasan mengenai aturan pengukuran yang diberlakukan
• Perlakuan akuntansi untuk pos-pos dalam mata uang asing
• Laporan perubahan aktiva tetap dan depresiasi
• Detail provisi
• Detail revaluasi yang dilakukan
• Analisis piutang dan utang sesuai masa jatuh tempo
• Daftar anak perusahaan dan kepemilikan saham
• Jumlah komitmen pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya
• Detail pengaruh pajak terhadap laporan keuangan
• Rata-rata jumlah karyawan sesuai golongan
• Analisis pendapatan menurut aktivitas dan geografis

Pengukuran akuntansi
Akuntansi di Perancis memiliki karakteristik ganda : Perusahaan secara tersendiri harus mematuhi paraturan yang tetap, sedangkan kelompok usaha konsolidasi memiliki fleksibilitas lebih besar. Akuntansi untuk perusahaan secara individual merupakan dasar hukum untuk membagikan dividen dan menghitung pendapatan kena pajak.

Metode pembelian (purchase method) umumnya digunakan untuk mencatat penggabungan usaha, namum metode penyatuan kepemilikan (pooling method) dapat digunakan dalam beberapa kondisi. Muhibah (goodwill) umumnya dikapitalisasi dan diamortisasi terhadap laba, namun tidak ditentukan berapa lama periode amortisasi yang maksimum. Goodwill tidak perlu diuji untuk penurunan nilai . Konsolidasi proporsional digunakan untuk usaha patungan dan metode ekuitas digunakan untuk mencatat investasi pada perusahaan yang tidak dikonsolidasikan, yang dapat dipengaruhi secara signifikan. Praktik translasi mata uang asing sama dengan IAS 21. Aktiva dan kewajiban anak perusahan yang berdiri sendiri ditranslasikan dengan menggunakam metode kurs penutupan (akhir tahun) dan perbedaan translasi dimasukan ke dalam ekuitas.



Jerman

Pada awal tahun 1970-an, uni Eropa (UE) mulai mengeluarkan direktif harmonisasi, yang harus diadopsi oleh negara-negara anggotanya ke dalam hukum nasional. Direktif Uni Eropa yang keempat, ketujuh, kedelapan seluruhnya masuk kedalam hukum Jerman melalui Undang-undang Akuntansi Komprehensif yang diberlakukan pada tanggal 19 Desember 1985

Karakteristik fundamental ketiga dari Akuntansi di Jerman adalah ketergantungannya terhadap anggaran dasar dan keputusan pengadilan. Selain kedua hal itu tidak ada yang memiliki status mengikat atau berwenang. Untuk memahami akuntansi di Jerman, seseorang harus mmerhatikan HGB dan kerangka hukum kasus yang terkait.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Sebelum tahun 1998, Jerman tidak memiliki fungsi penetapan standar akuntansi keuangan sebagaimana yang dipahami di negara-negara berbahasa Inggris. Undang –undang tentang pengendalian dan transparansi tahun 1998 memperkenalkan keharusan untuk mengakui badan swasta yang menetapkan standar nasional untuk memenuhi tujuan berikut :
• Mengembangkan rekomendasi atas penerapan standar akuntansi dalam laporan keuangan konsolidasi
• Memberikan nasihat kepada Kementrian Kehakiman atas legislasi akuntansi yang baru
• Mewakili Jerman dalam organisasi akuntansi internasional, Seperti IASB

Sistem penerapan standar akuntansi yang baru di Jerman secara garis besar mirip dengan sistem yang ada di Inggris dan Amerika Serikat. Namun untuk diperhatikan bahwa standar GASB adalah rekomendasi wajib yang hanya berlaku u/lapoaran keuangan konsolidasi.

Pelaporan Keuangan
Undang – Undang Akuntansi tahun 1985 secara khusus menentukan isi dan bentuk laporan keuangan yang meliputi :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Catatan atas laporan keuangan
4. Laporan manajemen
5. Laporan auditor

Ciri utama sistem pelaporan keuangan di Jerman adalah laporan secara pribadi oleh auditor kepada dewan direktur pengelola perusahaan dan dewan pengawas perusahaan, untuk tujuan konsolidasi, seluruh perusahaan dalam kelompok tersebut harus menggunakan prinsip akuntansi dan penilaian yang sama.

Pengukuran Akuntansi
GAS lebih ketat bila dibandingkan dengan HGB dalam hal laporan keuangan konsolidasi, menurt GAS 4, metode revaluasi harus digunakan , sedangkan aktiva dan kewajiban yang diperoleh dalam penggabungan usaha harus direvaluasi menjadi nilai wajar dan kelebihan yang tersisa dialokasikan menjadi goodwill. Goodwill diamortisasi selama masa tidak lebih dari 20 tahun dan diuji untuk penurunan nilai tiap tahunnya.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, perusahaan – perusahaan Jerman sekarang dapat memilih untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan aturan Jerman sebagaimana dijelaskan di atas, standar akuntansi internasional, atau GAAP AS. Ketiga pilihan tersebut dapat ditemukan dalam praktik dan para pembaca laporan keuangan Jerman harus berhati-hati untuk mencari tahu standar akuntansi manakah yang digunakan.

Jepang

Akuntansi dan Pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional, untuk memahami akuntansi Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha dan sejarah Jepang. Perusahaan – perusahaan Jepang saling memiliki akuitas saham satu sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa – yang disebut sebagai keiretsu
Modal usaha keiretsu, ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1990-an. Krisis keuangan yang mengikuti pecahnya ekonomi gelembung Jepang juga mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh atas standar pelaporan keuangan Jepang.


Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi
Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang – undang : Hukum Komersial, Undang-undang pasar modal dan Undang-undang pajak penghasilan perusahaan. Hukum komersial diatur oleh Kementrian Kehakiman (MOJ), hukum tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan paling memiliki pengaruh besar.
Perusahaan milik publik harus memenuhi ketentuan lebih lanjut dalam undang undang pasar modal yang diatur oleh kementrian keuangan dibuat berdasarkan Undang-undang pasar modal AS dan diberlakukan terhadap Jepang oleh Amerika Serikat selama masa pendudukan AS setelah perang dunia II Tujuan utama SEL adalah untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan.

Pelaporan Keuangan
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang berisi hal-hal berikut :
1. Neraca
2. Laporan Laba rugi
3. Laporan Usaha
4. Proposal atas Penentuan Penggunaan (apropriasi) Laba ditahan
5. Skedul Pendukung

Perusahaan yang mencatatkan sahamnya juga harus menyusun laporan keuangan sesuai dengan Undang-undang pasar modal yang secara umum mewajibkan laporan keuangan dasar yang sama dengan Hukum komersial ditambah dengan laporan arus kas.


Pengukuran Akuntansi
Hukum komersial mewajibkan perusahaan perusahaan besar untuk menyusun laporan konsolidasi, perusahaan yang mencatat saham harus menyusun laporan konsolidasi sesuai dengan SEL. Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduannya. Anak perusahaan dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan kebijakan keuangan dan operasionalnya.

Meskipun metode penyatuan kepemilikan diperbolehkan, metode pembelian untuk penggabungan usaha umumnya digunakan. Goodwill diukur menurut dasar nilai wajar aktiva bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun, metode ekuitas digunakan untuk mencatat usaha patungan.



Belanda

Akuntansi di Belanda memiliki beberapa paradoks yang menarik. Belanda memiliki ketentuan akuntansi dan pelaporan keuangan yang relatif permisif, tetapi standar praktik profesiona yang sangat tinggi. Belanda merupakan negara hukum kode, namun akuntansinya berorientasi pada penyajian wajar. Pelaporan keuangan dan akuntansi pajak merupakan dua aktivitas terpisah.

Akuntansi Belanda bersedia untuk mempertimbangkan ide-ide dari luar. Belanda merupakan salah satu pendukung pertama atas standar internasional untuk akuntansi dan pelaporan keuangan, dan pernyataan IASB menerima perhatian besar dalam menentukan praktik yang dapat diterima.



Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Regulasi di Belanda tetap liberal sehingga tahun 1970 ketika Undang-undang Laporan Keuangan Tahunan diberlakukan, Undang-undang tahun 1970 memperkenalkan audit wajib. Undang-undang tersebut juga mendorong pembentukan kelompok Studi Akuntansi Tiga Pihak (Tripaartif) (yang digantikan oleh Dewan Pelaporan Tahunan pada Tahun 1981)

Dewan pelaporan Tahunan mengeluarkan tuntunan terhadap prinsip akuntansi yang dapat diterima (bukan diterima) secara umum, Dewan tersebut memiliki anggota berasal dari tiga kelompok yang berbeda :
1. Penyusunan laporan keuangan (perusahaan)
2. Pengguna laporan keuangan (perwakilan serikat buruh dan analis keuangan)
3. Auditor laporan keuangan (institut Akuntansi Terdaftar Belanda atau NivRA)


Pelaporan Keuangan

Kualitas pelaporan keuangan Belanda sangat seragam, laporan keuangan wajib harus disusun dalam bahasa Belanda, namun dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman dapat diterima. Laporan Keuangan harus memuat hal-hal berikut :
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Catatan-catatan
4. Laporan Direksi
5. Informasi lain yang direkomendasikan

Pengukuran Akuntansi

Metode yang digunakan adalah metode pembelian, goodwill merupakan perbedaan antara biaya akusisi dengan nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dibeli. Fleksibilitas Belanda dalam pengukuran akuntansi dapat terlihat dengan diperbolehkannya penggunaan nilaii kini untuk aktiva berwujud seperti persediaan dan aktiva yang disusutkan. Karena perusahaan – perusahaan Belanda Memiliki Flesibilitas dalam menerapkan aturan pengukuran, dapat diduga bahwa terdapat kesempatan untuk melakukan perataan laba. Pos –pos tertentu dapat mengabaikan laporan laba rugi dan langsung disesuaikan terhadap cadangan dalam ekuitas pemegang saham. Hal ini antara lain :
• Kerugian akibat bencana yang tidak mungkin atau tidak umum untuk diasuransikan
• Kerugian akibat nasionalisasi atau sejenis penyitaan lainnya
• Onsekuensi akibat restrukturisasi keuangan


Inggris

Warisan Inggris bagi dunia sangat penting. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang mengembangkan profesi akuntansi yang kita kenal sekarang. Konsep penyajian hasil dan posisi keuangan yang wajar (pandangan benar dan wajar) juga berasal dari Inggris.


Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi
Dua sumber utama standar akuntansi keuangan di Inggris adalah hukum perusahaan dan profesi akuntansi. Undang-undang tahun 1981 menetapkan lima prinsip dasar akuntansi :
1. Pendapatan dan beban harus ditandingkan menurut dasar akrual
2. Pos aktiva dan kewajiban secara terpisah dalam setiap kategori aktiva, dan kewajiban dinilai secara terpisah
3. Prinsip konservatisme
4. Penerapan kebijakan akuntansi yang konsisten dari tahun ke tahun diwajibkan
5. Prinsip kelangsungan usaha diterapkan untuk perusahaan yang menggunakan akuntansi
Undang-undang tersebut berisi aturan penilaian yang luas dimana akun-akun dapat ditentukan berdasarkan biaya historis atau biaya kini.


Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan Inggris termasuk yang paling komprehensif di dunia. Laporan keuangan umumnya mencakup :
1. Laporan Direksi
2. Laporan Laba dan Rugi dan Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Total Keuntungan dan Kerugian yang diakui
5. Laporan Kebijakan akuntansi
6. Catatan atas Referensi dalam Laporan Keuangan
7. Laporan Auditor

Pengukuran Akuntansi

Inggris memperbolehkan baik metode akusisi dan merger dalam mencatat akuntansi untuk Penggabungan usaha. Meskipun demikian, kondisi penggunaan metode merger begitu ketat sehingga hampir tidak pernah digunakan.

Pada Tahun 2003, Departemen perdagangan dan Perindustrian mengumumkan bahwa mulai bulan Januari 2005, Seluruh perusahaan Inggris diperbolehkan untuk menggunakan IFRS, selain GAAP



Amerika Serikat

Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh Badan Sektor Swasta (Badab Standar Akuntansi Keuangan/FASB), hingga tahun 2002 Institut Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat.

Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (GAAP) terdiri dari seluruh standar, aturan, dan regulasi keuangan yang harus diperhatikan ketika menyusun laporan keuangan, laporan keuangan seharusnya menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu perusahaan dan hasil operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secar umum.

Pelaporan keuangan

Laporan tahunan yang semestinya dibuat sebuah perusahaan AS yang besar meliputi :
1. Laporan manajemen
2. Laporan auditor independen
3. Laporan keuangan utama (laporan laba rugi,arus kas,laba komprehensif, ekuitas pemegang saham)
4. Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi keuangan
5. Pengungkapan atas kebijakan akuntansi dengan pengaruh paling penting terhadap laporan keuangan
6. Catatan atas laporan keuangan
7. Perbandingan data keuangan tertentu selama lima atau sepuluh tahun
8. Data kuartal terpilih

Laporan keuangan konsolidasi bersifat wajib dan laporan keuangan AS yang diterbitkan biasanya tidak memuat hanya laporan induk perusahaan saja. Aturan konsolidasi mengharuskan seluruh anak perusahaan yang dikendalikan (yaitu, dengan kepemilikan yang melebihi 50 persen dari saham dengan hak suara) harus dikonsolidasikan secara penuh, walaupun operasi anak perusahaan tersebut tidak homogen. Laporan keuangan interim (kuartalan) diwajibkan untuk perusahaan yang sahamnya tercatat pada bursa efek utama. Laporan ini biasanya hanya berisi laporan keuangan ringkas yang tidak diaudit dan komentar manajemen secara singkat.

Pengukuran Akuntansi

Aturan pengukuran akuntansi di Amerika Serikat mengasumsikan bahwa suatu entitas usaha akan terus melangsungkan usahanya. Pengukuran dengan dasar akrual sangat luas dan pengakuan transaksi dan peristiwa sangat tergantung pada konsep penanding.


Sumber : http://syudas.blogspot.com/2010/03/sistem-akuntansi-di-beberapa-negara.

nama:dewi novi h
npm :20207307

Rabu, 23 Maret 2011

perbedaan praktek akuntansi dengan standar yang telah ditentukan

Harmonisasi dan Konvergensi Akuntansi Internasional

Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan, bahkan untuk satu laporan keuangan yang sama. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini akan menjadi masalah bagi pengguna karena akan menyulitkan bagi mereka untuk memahami laporan keuangan yang ada.

Standar yang ada untuk akuntansi keuangan dibuat oleh dewan standar di masing-masing negara. Dewan standar tersebut menyusun standar akuntansi yang berlaku di dalam negara tersebut dan dipakai oleh entitas yang ada di negara tersebut juga. Karena standar akuntansi dibuat dan disusun oleh masing-masing dewan standar di tiap negara, standar akuntansi antara satu negara dengan negara lain sangat mungkin berbeda.

Saat ini, ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas negara, sumber daya produksi (misal uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke negara misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain. Investor dan kreditor serta calon investor dan calon kreditor akan menemui banyak kesulitan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan standar yang berbeda-beda.

Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara.

Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Baru-baru ini, sejumlah perusahaan yang berusaha memperoleh modal di luar pasar Negara asal dan para investor yang berusaha untuk melakukan diversifikasi investasi secara internasional menghadapi masalah yang makin meningkat sebagai akibat dari perbedaan nasional dalam hal akuntansi, pengungkapan, dan audit.

Terkadang orang menggunakan istilah harmonisasi dan standarisasi seolah-seolah keduanya memiliki arti yang sama. Namun berkebalikan dengan harmonisasi, secara umum standarisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Standarisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan antarnegara, dan oleh karenanya lebih sukar untuk diimplemntasikan secara internasional. Harmonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka, tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam tahun-tahun terakhir.

Komparabilitas informasi keuangan merupakan konsep yang lebih jelas daripada harmonisasi. Informasi yang dihasilkan dari system akuntansi, pengungkapan dan atau audit yang berbeda dapat dibandingkan jika memiliki kemiripan dalam cara dimana para pengguna laporan keuangan dapat membandingkannya tanpa perlu membiasakan diri dengan lebih dari satu system.
www.docstoc.com/docs/51383565/Akuntansi-Internasional

Selasa, 15 Maret 2011

Istilah standar akuntansi dan penentuan standar akuntansi

ISTILAH STANDAR AKUNTANSI DAN PENENTUAN AKUNTANSI

Standar Pelaporan Keuangan Internasional / Iternational Financial Reporting Standarts (IFRS). Standar akuntansi inetrnasional digunakan sebagai hasil dari: 1) perjanjian international atau politis, 2) kepatuhan secara sukarela, 3) keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi nasional.

Tujuan standar ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan intern perusahaan untuk periode – periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, yang dibuat pertama kalinya oeh IFRS mengandung informasi berkualitastinggi yang transparan bagi para pengguana dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan, menyediakan titk awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan terhadap IFRS dan dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Menurut Prof. Haim Falk menjelaskan ada empat keuntungan menggunakan standar akuntansi internasional:
1. Berkenaan dengan rekonsiliasikepentingan – kepentingan khusus dari manajer – manajer yang bertanggung jawab bagi pelaporan keuangan dan kebutuhan pemakai informasi keuangan
2. Keterbatasan kapasitas penerima informasi keuangan ntuk menginterplasikan informasi semacam itu secara tepat
3. Kredibiltas keseluruhan proses pelaporan keuangan dan profesi akuntansi yang mendukungnya
4. Adanya daya banding informasi keuangan yang diungkapkan adalah argument yang berkaitan dengan point diatas

Kamis, 17 Februari 2011

Sejarah Akuntansi internasional

SEJARAH AKUNTANSI INTERNASIONAL

Akuntansi memainkan peranan yang sangat penting dalam masyarakat. Sebagai cabang ilmu ekonomi, akuntansi memberikan informasi mengenai suatu perusahaan dan transaksinya untuk memfasilitasi keputusan alokasi sumber daya oleh para pengguna informasi tersehut. Jika informasi yang dilaporkan dapat diandalkan dan bermanfaat, sumber daya yang terbatas tersebut dialokasikan secara optimal, dan sebaliknya alokasi sum berdaya akan menjadi kurang optimal jika informasi kurang andal dan tidak bermanfaat. Akuntansj internasionaltidaklah berbeda dan peranan yang dimaksudkan. Yang membuat studinya berbeda adalah bahwa perusahaan yang dilaporkan adalah perusahaan multinasional (multinational compain, MNC) dengan operasi dan transaksi yang melintasi batas-batas negara, atau suatu perusahaan dengan kewajiban pelaporan kepada para pengguna yang berlokasi di negara selama negara perusahaan pelaporan.
Sejarah akuntansi merupakan sejarah internasional. Kronologi berikuk ini menunjukkan bahwa akuntansi telah meraih keberhasilan besar dalam kemampuanya untuk diterapkan dari satu kondisi ke kondisi lainnya sementara di pihak lain memungkinkan timbulnya pengembangan teres-menerus dalam bidang teori dan praktik di seluruh dunla. Sebagai permulaan, sistem pembukuan berpasangan (doithfe-entru Lookkreping), yang umumnya dianggap sebagai awal penciptaaa akuntansi seperti yang kita ketahui selama ini, berawal dari negam-negah kota di Italia pida abad ke-14 dan 15.
Perkernbangannya didorong oleh pertumbuhan perdagangan intemasional di Italia Utara selama masa akhir abad pertengahan dan keinginan pemerintah untuk menemukan cara dalam mengenakan pajak terhadap transaksi komersial. ”Pembukuan Italia” kemudian berilih ke Jerman untuk membantu para pedagang pada zaman Fugger dan Kelompok Hanseatik. Pada waktu yang hampir bersamaan, para filsuf hitvis di Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodik dan aparat pemerintah di Prancis menemukan keuntungan menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Perkembangan Inggris Raya menciptakan kebutuhan yang tak terelakkan lagi bagi kepentingan komersial Inggris untuk mengelola dan mengendalikan perusahaan di daerah koloni, dan untuk pencatatan perusahaan kolonial mereka yang akan diperiksa ulang dan diverifikasi. Kebutuhan-kebutuhan mi menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi pada tshun 1850-an dan suatu profesi akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris selama tahun 1870-an. Paktik akuntansi laggris memyebar luas tidak hanya di seluruh Amerika Utara, tetapi juga di seluruh wilayah Persemakmuran Inggris yang ada waktu itu.
Perkembangan pembukuan pencatatan berpasangan
Perkembangan tersebut meliputi hal-hal berikut ini :
1. Sekitar abad ke-16 terjadi beberapa perubahan di dalam teknik-teknik pembukuan. Perubahan yang patut dicatat adalah diperkenalkan jurnal-jurnal khusus untuk pencatatan berbagai jenis transaksi yang berbeda.
2. Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan periodik. Sebagai tambahan lagi, di abad ke-17 dan abad ke-18 terjadi evolusi pada personifikasi dari seluruh akun dan transaksi, sebagai suatu usaha untuk merasionalisasikan aturan debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang tidak pasti hubungannya dan abstrak.
3. Penerapan sistem pencatatan berpasangan juga diperluas ke jenis-jenis organisasi yang lain.
4. Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda.
5. Dimulai dengan East India Company di abad ke-17 dan selanjutnya diikuti dengan perkembangan dari perusahaan tadi, seiring dengan revolusi industri, akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan adanya kebutuhan akan akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan kepada konsep-konsep mengenai kelangsungan, periodisitas, dan akrual.
6. Metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami evolusi pada abad ke-18.
7. Sampai dengan awal abad ke-19, depresiasi untuk aktiva tetap hanya diperhitungkan pada barang dagangan yang tidak terjual.
8. Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai sebuah hasil dari revolusi industri.
9. Pada paruh terakhir dari abad ke-19 terjadi perkembangan pada teknik-teknik akuntansi untuk pembayaran dibayar di muka dan akrual, sebagai cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodik.
10. Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
11. Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi untuk isu-isu kompleks, mulai dari perhitungan laba per saham, akuntansi untuk perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang dan pensiun, sampai kepada masalah penting dari akuntansi sebagai produk baru dari rekayasa keuangan (financial engineering).
PERKEMBANGAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DI AMERIKA SERIKAT
1 Tahap kontribusi manajemen (1900-1933)
Pengaruh manajemen di dalam formulasi prinsip-prinsip akuntansi muncul dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomi dominan yang dimainkan oleh perusahaan-perusahaan industri setelah tahun 1900. Pemain utama pada masa itu adalah asosiasi akuntan profesional, American Institute of Accountans (AIA).
Posisi dari AIA atas permintaan dari Komisi Dagang Federal (Fedeal Trade Commission-FTC) adalah bahwa “tidak ada biaya penjualan, beban bunga atau beban administrasi di dalam biaya overhead pabrik”. Penentang atas posisi dari Institut ini menghadapi pernyataan di dalam laporan yang mengatakan “diperhitungkannya bunga di dalam biaya produksi adalah teori yang tidak berdasar dan salah, dan dapat dikatakan mustahil (absurad) di dalam praktiknya”. Pihak yang menentang pun mengalami kekalahan. Kejadian penting yang lain dimasa itu adalah meningkatnya dampak dari teori akuntansi terhadap perpajakan atas laba usaha. Meskipun Undang-Undang pendapatan tahun 1913 telah memberikan dasar kalkulasi laba kena pajak dengan dasar penerimaan dan pengeluaran kas, Undang-Undang tahun 1918 adalah yang pertama mengakui peranan dari prosedur akuntansi di dalam penentuan laba kena pajak.
2 Tahap kontribusi institusi (1933-1959)
1. Pada tahun 1934, Kongres menciptakan SEC dengan tugas untuk mengelola beragam hukum-hukum investasi federal, termasuk Undang-Undang Sekuritas pada tahun 1933 yang mengatur penerbitan sekuritas di pasar-pasar antarnegara bagian dan Undang-undang Sekuritas tahun 1934 yang mengatur perdagangan sekuritas.
2. Setelah publikasi yang dilakukan oleh Ripley di dalam satu artikel yang mengkritik teknik-teknik pelaporan sebagai sesuatu yang memperdayakan, George O. May, kebangsaan Inggris, mengusulkan agar Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika (American Institute of Certified Public Accountant-AICPA) memulai sebuah usaha kerja sama dengan bursa efek. Sebagai akibatnya, Komite Khusus dari AICPA melalui kerja sama dengan Bursa Efek menyarankan solusi umum berikut ini :
Alternatif yang lebih pratikal adalah membiarkan setiap perusahaan untuk bebas memilih metode-metode akuntansinya sendiri di dalam …batasan yang sangat luas…namun mengharuskan adanya pengungkapan dari metode yang dipergunakan dan konsistensi pengaplikasiannya dari tahun ke tahun..
Sebagai tambahan, Komite mengusulkan percobaan resminya yang pertama untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi yang berlaku umum. Dikenal sebagai “prinsip-prinsip umum” (board principles).
3. Setelah diterbitkannya ASR No. 4 oleh SEC, yang menantang profesi akuntan untuk memberikan “dukungan substansial dari yang berwenang” bagi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, dan meningkatnya kecaman dari Asosiasi Akuntansi Amerika (American Accounting Association) dan para anggotanya yang baru saja dibentuk, Institut selanjutnya di tahun 1938 memutuskan memberikan kuasa kepada Komite Prosedur Akuntansi (Committee Accounting Procedure-CAP) untuk mengumumkan keputusannya.
3 Tahap politisasi (1973-sekarang)
Keterbatasan yang dimiliki oleh baik asosiasi profesional maupun manajemen di dalam memformulasikan suatu teori akuntansi telah mengarah kepada pengadopsian suatu pendekatan yang lebih deduktif sekaligus melakukan politisasi atas proses penetapan standarnya-sebuah situasi yang diciptakan oleh pandangan yang berlaku umum bahwa angka-angka akuntansi memengaruhi prilaku berekonomi dan, sebagai konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi hendaknya dibuat di dalam arena politik.
Sejak awal, FASB telah menerapkan sebuah pendekatan deduktif dan quasi politik dalam formulasi dari prisnip-prinsip akuntansi. Hal yang dilakukan oleh FASB mendapatkan nilai yang lebih baik, pertama, dengan adanya usaha untuk mengembangkan suatu kerangka kerja teoretis atau kesepakatan dalam akuntansi, dan kedua, dengan lahirnya berbagai kelompok yang berkepentingan, yang kontribusinya diperlukan bagi penerimaan “umum” atas standar baru. Oleh sebab itu, proses penetapan standar memiliki aspek politis di dalamnya.
Proses dari penetapan standar dapat digambarkan sebagai demokratis karena, seperti semua badan pembuat peraturan, hak Dewan untuk membuat peraturan pada akhirnya akan sangat bergantung kepada persetujuan dari pihak yang diatur. Tetapi karena penetapan standar membutuhkan beberapa perspektif, maka tidaklah tepat jika suatu standar ditetapkan dengan hanya didasarkan pada penggambaran dari para pemilihnya. Hal yang serupa pula, proses tersebut dapat diuraikan sebagai legislatif karena penetapan standar harus dimusyawarahkan dan karena seluruh pandangan harus didengarkan. Tetapi para penyusun standar diharapkan untuk dapat mewakili seluruh pemilih sebagai satu kesatuan dan tidak menjadi perwakilan dari sekelompok pemilih tertentu. Proses ini dapat diuraikan sebagai bersifat politis karena terdapat satu usaha pembelajaran yang terkait dengan usaha untuk mendapatkan penerimaan satu standar baru.

Nama : Dewi Novi Handayani
Kelas: 4EB04
Npm : 20207307

http://tyochovalent.blogspot.com/2011/02/sejarah-akuntansi-internasional.html

Selasa, 04 Januari 2011

Paper Kelompok (dewi novi handayani)

Where Were The Accountants ?
“Sam, I’m really in trouble. I’ve always wanted to be an accountant. But here I am just about to apply to the accounting firms for a job after graduation from the university, and i’am not sure i want to be an accountant after all.”
“Why, Norm? In all those accounting courses we took together , you worked super hard because you were really interested. What’s your problrm now?
“Well,I’ve been reading the business newspapers, reports, and accounting journals lately, and things just don’t add up. For instance, you know how we have always been told that accountants have expertise in measurement and disclosure, that they are supossed to prepare reports with integrity, and that they ought to root out fraud if they suspect it ? Well, it doesn’t look like they have been doing a good job .At least, they haven’t been doing what I would have expected.”
“Remember, Norm, we’re still students with a lot to learn. Maybe you are missing something. What have you been redaing abook?”
“OK,Sam, here are a few stories for you to think about :
1. In this article, “Accountants and the S & L Crisis, “Which was in Management Accounting in Februari 1993, I found the argument that the $200 million fiasco was due to the regulators and to a downturn in the real estate market, not to accounting fraud.....but i don’t buy it entirely. According to this article, rising interest rates and fixed lending rates resulted in negative cash flow at the same time as a decline in value of the real estate market reduced the value underlying S & L loan assets. As a result, the net worth of many S & Ls fell, and regulators decided to change some accounting practices to make it appear that the S & Ls fell, and regulators decided to change some accounting practices to make it appear that the S & Ls were still above the minimum capital requirements mandates to protecs depositors’s funds. Just look at this list of the seven accounting practices or problems that were cited :

- Write – off of losses on loans sold over the life of the loan rather than when the loss occurred,
- Use of goverment - issued Net Worth Certificates to be counted as S & L capital,
- Use of detals involving up front money and near – term cash flow, which would bolster current earnings at the expense of later,
- Inadequate loan loss provisions due to poor loan monitoring,
- Write-off of goodwill created on the merger of sound S & Ls with bankrupt S & Ls over a forty- year period,
- Write-ups of owned property based on appraisal values, and
- Lack of market-based reporting to reflect economic reality.
The problem, for me, is that many of these practices are not in accord with generally accepted accounting principles (GAAP) and yet the accountants went along – at least they didn’t object or improve their practices enough to change the outcome. Why not ? Where were the accountants ?
2. “I am also concerned about the expertise the accounting profession claims to have in terms of measurement and disclosure. For example, recently there have been many articles on the health costs created by smoking, yet there are no accountants involved. For instance. A may 1994 report by the center on addiction and substance abuse will cost the medicare $20 billion in inpatient hospital costs alone “ and that tobacco accounts for 80 percent of those hospitalization. Over the next twenty years, substance abuse will cost the medicare program $1 trillion. No wonder the trustees of the medicare trust fund released a report on april 21” predicting that the fund would run out of money in seven years. “ These are important issues. Why do we have to wait for economists and special interest groups to make these calculations ? Shouldn’t accountants be able to make them and lend credibility and balance in the process ? Wouldn’t society benefit ? Where were the accountants ?

3. “ What about the finding of fraud ? are auditors doing enough to prevent and catch fraudulent behavior ? I know what our professors say:
Auditors can’t be expected to cacth everything ; their job is not to search for fraud unless suspicions are aroused during other activities; and their primary task is to audit the financial statements. But aren’t the auditors just reacting to discovered problems, when they could be proactive ? Couldn’t they stress the importance of using codes of conduct and the encouragement of emloyees to bring forward their concerns over unethical acts ? Why is proactive management appropiate in some other areas, such as ironing out personnel problems, but reactive behaviour is appropriate when dealing with fraud ? Reactive behaviour will just close the barn door after the horse has been stolen. In the case of the bank of credit & commerce international (BCCI), for example, at least $1.7 billion was missing.”


“ I guess I’m having second thoughts about becoming a professional accountant. Can you help me out, Sam ? “

Question
1. What would you tell norm ?








Dimana Apakah The Akuntan?
"Sam, aku benar-benar dalam kesulitan. Aku selalu ingin menjadi seorang akuntan. Tapi di sini saya hanya akan berlaku untuk perusahaan akuntansi pekerjaan setelah lulus dari universitas, dan I'am saya tidak yakin ingin menjadi seorang akuntan setelah semua. "
"Kenapa, Norm? Dalam semua program akuntansi kami mengambil bersama, Anda bekerja keras super karena Anda benar-benar tertarik. Apa problrm Anda sekarang?
"Yah, aku sudah membaca koran bisnis, laporan, dan akuntansi jurnal akhir-akhir ini, dan hal-hal hanya tidak menambahkan. Misalnya, Anda tahu bagaimana kita selalu diberitahu bahwa akuntan memiliki keahlian dalam pengukuran dan pengungkapan, bahwa mereka supossed untuk menyiapkan laporan dengan integritas, dan bahwa mereka harus membasmi penipuan jika mereka mencurigai hal itu? Yah, tidak terlihat seperti mereka telah melakukan pekerjaan yang baik Setidaknya, mereka belum melakukan apa yang saya harapkan.. "
"Ingat, Norm, kita masih mahasiswa dengan banyak belajar. Mungkin anda melewatkan sesuatu. Apa yang telah kamu telah redaing abook? "
"Oke, Sam, berikut adalah beberapa cerita bagi Anda untuk berpikir tentang:

1. Dalam artikel ini, "Akuntan dan S & L Krisis," Yang berada di Akuntansi Manajemen pada bulan Februari 1993, saya menemukan dalil bahwa kegagalan $ 200 juta karena regulator dan penurunan di pasar real estat, bukan untuk akuntansi penipuan ..... tapi saya tidak membelinya sepenuhnya. Menurut artikel ini, suku bunga naik dan suku bunga kredit tetap mengakibatkan arus kas negatif pada saat yang sama sebagai penurunan nilai pasar real estat mengurangi nilai yang mendasari S & L aset kredit. Sebagai hasilnya, nilai bersih banyak S & L jatuh, dan regulator memutuskan untuk mengubah beberapa praktek akuntansi untuk membuatnya tampak bahwa S & Ls jatuh, dan regulator memutuskan untuk mengubah beberapa praktek akuntansi untuk membuatnya tampak bahwa S & Ls masih di atas modal mandat persyaratan minimum untuk protecs dana deposan's. Coba lihat daftar tujuh praktik akuntansi atau permasalahan yang dikutip:

- Menulis - off kerugian kredit yang dijual selama masa pinjaman daripada ketika kerugian tersebut terjadi,
- Penggunaan pemerintah - dikeluarkan Bersih Worth Sertifikat akan dihitung sebagai modal S & L,
- Penggunaan detals melibatkan uang depan dan dekat - arus kas jangka panjang, yang akan meningkatkan laba saat ini dengan mengorbankan kemudian,
- Ketentuan yang tidak memadai kerugian pinjaman karena pemantauan pinjaman miskin,
- Penghapusan goodwill dibuat pada penggabungan suara S & L dengan S bangkrut & L selama empat puluh tahun,
- Write-up dari harta yang dimiliki berdasarkan nilai-nilai penilaian, dan
- Kurangnya pelaporan berbasis pasar untuk mencerminkan realitas ekonomi.
Masalahnya, bagi saya, adalah bahwa banyak dari praktek-praktek yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), namun akuntan pergi bersama - setidaknya mereka tidak objek atau meningkatkan praktik mereka cukup untuk mengubah hasilnya. Mengapa tidak? Di mana para akuntan?

2. "Saya juga prihatin tentang keahlian profesi akuntansi mengklaim telah dalam hal pengukuran dan pengungkapan. Sebagai contoh, baru-baru ini ada banyak artikel mengenai biaya kesehatan diciptakan oleh merokok, namun tidak ada akuntan yang terlibat. Sebagai contoh. Sebuah laporan 1994 dapat oleh pusat pada kecanduan dan penyalahgunaan zat akan biaya perawatan kesehatan $ 20 miliar pada biaya rawat inap rumah sakit sendirian "dan bahwa rekening tembakau untuk 80 persen dari rumah sakit tersebut. Selama dua puluh tahun ke depan, penyalahgunaan zat akan biaya program perawatan kesehatan $ 1 triliun. Tak heran wali dari dana perwalian perawatan kesehatan merilis sebuah laporan pada April 21 "memprediksi bahwa dana akan kehabisan uang di tujuh tahun. "Ini adalah isu-isu penting. Mengapa kita harus menunggu untuk ekonom dan kelompok kepentingan khusus untuk membuat perhitungan? tidak Haruskah akuntan dapat membuat mereka dan memberikan kredibilitas dan keseimbangan dalam proses? Bukankah manfaat bagi masyarakat? Di mana para akuntan?

3. "Bagaimana dengan temuan penipuan? adalah auditor berbuat cukup untuk mencegah dan menangkap perilaku penipuan? Aku tahu apa yang dosen kita berkata:
Auditor tidak dapat diharapkan untuk segala cacth; tugas mereka bukan untuk mencari penipuan kecuali kecurigaan yang terangsang selama kegiatan lainnya, dan tugas utama mereka adalah untuk mengaudit laporan keuangan. Tapi bukan auditor hanya bereaksi terhadap masalah ditemukan, ketika mereka bisa proaktif? Tidak dapat mereka menekankan pentingnya menggunakan kode etik dan dorongan dari emloyees untuk membawa maju keprihatinan mereka atas tindakan tidak etis? Mengapa manajemen proaktif sesuai dalam beberapa daerah lain, seperti menyetrika masalah-masalah personel, tetapi perilaku reaktif sesuai ketika berhadapan dengan penipuan? perilaku reaktif hanya akan menutup pintu gudang setelah kuda itu telah dicuri. Dalam hal bank kredit & perdagangan internasional (BCCI), misalnya, setidaknya $ 1700000000 hilang. "


"Saya kira saya berubah pikiran tentang menjadi seorang akuntan profesional. Dapatkah Anda membantu saya keluar, Sam? "

Pertanyaan
1. Apa yang akan Anda katakan norma?

CURRICULUM VITAE

CURRICULUM VITAE
• BIODATA
Nama Lengkap : Dewi Novi Handayani
Tempat dan tanggal lahir : Sukabumi,01 November 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Perum Mangkalaya Rt 03/Rw 05
Kelurahan: Cibolang
Kecamatan: GUNUNG GURUH
Sukabumi 43121
Tlp/Hp : 085697651818
Email : dewiwie83@yahoo.com
• PENDIDIKAN FORMAL
1. TK.NUR 1995
2. SD Negeri Paku Jajar CBM 2001
3. SMP Negeri 9 KoTa Sukabumi 2004
4. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi 2007
5. Sedang Berkuliah di Universitas Gunadarma Depok Jenjang S1 Jurusan
Ekonomi Akuntansi
• KEAHLIAN YANG DIMILIKI
1. Dapat Membuat Laporan Keuangan
Saya menyatakan bahwa data di atas diisi dengan sebenar-benarnya dan lengkap

CURRICULUM VITAE

CURRICULUM VITAE
• BIODATA
Nama Lengkap : Dewi Novi Handayani
Tempat dan tanggal lahir : Sukabumi,01 November 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Perum Mangkalaya Rt 03/Rw 05
Kelurahan: Cibolang
Kecamatan: GUNUNG GURUH
Sukabumi 43121
Tlp/Hp : 085697651818
Email : dewiwie83@yahoo.com
• PENDIDIKAN FORMAL
1. TK.NUR 1995
2. SD Negeri Paku Jajar CBM 2001
3. SMP Negeri 9 KoTa Sukabumi 2004
4. SMA Negeri 1 Kota Sukabumi 2007
5. Sedang Berkuliah di Universitas Gunadarma Depok Jenjang S1 Jurusan
Ekonomi Akuntansi
• KEAHLIAN YANG DIMILIKI
1. Dapat Membuat Laporan Keuangan
Saya menyatakan bahwa data di atas diisi dengan sebenar-benarnya dan lengkap

KAP Ernst & Young(THE BIG 4)

Jenis : Perusahaan anggota mempunyai bentuk legal yang bervariasi, AS dan Britania: Limited Liability Partnership.
Industri : Jasa profesional
Didirikan : 1989; komponen individual dari 1849
Kantor pusat : London, Inggris, Britania Raya
Tokoh penting : James S. Turley, Direktur dan CEO
Produk : Audit, Perpajakan, Konsultasi
Pendapatan : 24.523 juta Dolar AS (2008)
Karyawan : 135.730 (Global)
Divisi : Assurance, Tax, Transactions, Advisory
Situs web : www.ey.com
Ernst & Young (EY atau E&Y) adalah perusahaan jasa profesional yang merupakan salah satu dari the Big Four auditors, bersama dengan PricewaterhouseCoopers (PwC), Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte), dan KPMG.
Ernst & Young merupakan perusahaan global yang terdiri dari sejumlah perusahaan anggota. EY Global bermarkas di London, EY AS di New York, dan EY Indonesia di Jakarta.
SEJARAH
Perusahaan (persekutuan/perserikatan) ini merupakan hasil dari serangkaian merger dari perusahaan-perusahaan pendahulunya. Persekutuan yang tertua didirikan pada tahun 1849 di Inggris dengan nama Harding & Pullein. Pada tahun itu juga, Frederick Whinney bergabung. Dia kemudian menjadi partner pada tahun 1859. Pada tahun 1894, seiring dengan bergabungnya anak-anaknya, persekutuan tersebut berganti nama menjadi Whinney, Smith & Whinney.
Kemudian, Pada tahun 1903, perusahaan Ernst & Ernst didirikan di Cleveland oleh Alwin dan Theodore Ernst. Pada tahun 1906, Arthur Young & Company didirikan di Chicago oleh Arthur Young. Pada awal tahun 1924, perusahaan-perusahaan AS tersebut beraliansi dengan perusahaan dari Britania Raya, Young dengan Broad Paterson & Co, dan Ernst dengan Whinney, Smith & Whinney. Pada 1979, Ernst & Whinney terbentuk dan menjadi firma akuntansi keempat terbesar di dunia. Pada tahun 1989, peringkat empat bergabung dengan peringkat lima, Arthur Young, sehingga tercipta Ernst & Young ("EY"). Ini adalah sejarah singkat tentang Ernst & Young di Amerika.
Sejarah singkat di Indonesia adalah, Di Indonesia, EY berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman & Surja (PSS). Klien utama Ernst & Young antara lain Pertamina, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Krakatau Steel & Group, Coca Cola Bottling Indonesia & Indosat.
Struktur global
Setiap negara anggota EY dikelola sebagai bagian dari salah satu dari lima wilayah:
• Eropa, Timur Tengah, India & Afrika (EMEIA)
• Amerika
• Timur Jauh
• Oseania
• Jepang
Setiap wilayah memiliki sebuah tim manajemen tunggal, dipimpin oleh seorang Area Managing Partner yang duduk dalam Dewan Eksekutif Global (Global Executive Board). Seluruh wilayah mengintegrasikan model bisnis mereka.
Lini jasa dan pertumbuhan
EY memiliki empat lini jasa utama:
• Assurance, yaitu audit keuangan (assurance pokok) yang menyumbangkan 54% dari total pendapatan pada 2007.
• Tax, meliputi Business Tax Compliance, Human Capital, Indirect Tax, International Tax Services, Tax Accounting & Risk Advisory Services, dan Transaction Tax, dengan kontribusi pendapatan pada 2007 sebesar 22%.
• Transactions meliputi due diligence komersial, keuangan, real estat, dan pajak, merger & akuisisi, penilaian & pemodelan bisnis, restrukturisasi korporasi, dan jasa integrasi. Dikenal sebagai Transaction Advisory Services (TAS).
• Advisory, meliputi Technology and Security Risk Services (TSRS), Fraud Investigation and Dispute Services (FIDS), dan Business Risk Services (BRS). Sebelumnya lini jasa ini disatukan dengan Assurance dalam Assurance and Advisory Business Services (AABS). Lini jasa ini menyumbangkan 12% pendapatan pada 2007.
Bisnis jasa konsultasi EY berkembang sangat pesat selama tahun 1980-an dan 1990-an. Oleh karenanya U.S. Securities and Exchange Commission (Bapepam Amerika Serikat) dan anggota komunitas investasi sangat mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara jasa konsultasi dan audit. Namun demikian, EY adalah yang pertama dari the Big Four auditors yang kemudian secara resmi melakukan pemisahan secara penuh atas kegiatan bisnis sistem integrasi dan praktek auditnya.
Klien audit global besar
Ernst & Young adalah auditor dari banyak perusahaan utama di Fortune 1000 seperti AOL Time Warner, Wal-Mart, Amazon.com, 3M, Oracle, McDonald’s, Google, Intel, Hewlett-Packard, Coca-Cola, dan Verizon.
Sumber : www.wikipedia.org

TUGAS

Jurnal PI

Jurnal PI
ABSTRAKS
Dewi Novi Handayani (20207307)
Dewiwie83@yahoo.com

“ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN PADA PD.KALIBATA”

PI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2010
Kata Kunci : Sistem Pengendalian Intern,Sistem Penjualan
(xi + 39 + Lampiran)
Berbagai transaksi usaha dilakukan perusahaan salah satunya transaksi penjualan ke konsumen, transaksi penjualan perlu dikelola dengan sebaik mungkin.
Maka perlu diadakan suatu Sistem Penjualan, tujuannya untuk mengelola perusahaan, dan dibuat suatu prosedur yang ada dalam perusahaan kemudian dari prosedur tersebut kita dapat merancang sebuah sistem penjualan dan dapat mengetahui kelebihan, kekurangganya dari sistem penjualan.
Dengan dilaksanakannya sistem penjualan pada perusahaan, maka diharapkan perusahaan akan dapat menjaga perusahaan, mengecek ketelitian, keandalan data akuntansi, serta untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen perusahaan tersebut, sehingga akan tercipta sebuah sistem yang andal dan dapat bertanggung jawabkan kebenarannya.
Dengan terciptanya sistem yang andal maka berpengaruh terhadap Sistem penjualan pada perusahaan tersebut. penjualan pada perusahaan akan meningkat, dengan kata lain sistem penjualan juga dapat lebih meningkatkan penjualan pada perusahaan.

Daftar Pustaka (2000-2008)





BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dewasa ini, mendukung kelancaran perkembangan usaha perusahaan, sehinga data transaksi dapat diolah dan di laporkan dengan cepat. Akibatnya keputusan yang diambil dapat lebih cepat. Berbagai transaksi usaha dilakukan perusahaan salah satunya transaksi penjualan ke konsumen, transaksi penjualan ke konsumen perlu di kelola dengan sebaik mungkin. Maka perlu diadakan suatu sistem pengendalian intern, tujuannya adalah untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan dari pemborosan, kecurangan dan tidak efisienan, mengakibatkan ketelitian dan dapat di percayainya data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong akan kepatuhan terhadap kebijakan pemimpin.
Dengan dilaksanakannya sistem pengendalian intern penjualan ini, maka diharapkan perusahaan akan menjaga kekayaan perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, serta untuk mendorong efesiensi dan di patuhinya kebijakan manajemen perusahaan tersebut, sehingga akan tercipta sebuah sistem yang andal dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Perusahaan membutuhkan sistem yang akan berperan dalam pemrosesan dan pengolahan data penjualan, yaitu sistem akuntansi penjualan.sistem akuntansi tersebut bertujuan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan dalam mengelola, memproses data transaksi secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi yang disusun untuk suatu perusahaan dapat di proses dengan cara manual atau di proses dengan menggunakan mesin-mesin mulai dengan mesin pembukuan yang sederhana.
Sistem penjualan sangat berperan dalam omset penjualan dan mencari pangsa pasar yang lebih luas, karena akan membantu manajemen perusahaan dalam menyediakan informasi yang berkaitan dengan semua kegiatan perusahaan.perusahaan harus dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang akan dihadapi oleh perusahaan dengan menetapkan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghadapi persaingan bisnis. Manajer penjualan yang berperan sebagai perencanaan, koordinasi, dan pengendalian kegiatan, sangat memerlukan informasi kegiatan penjualan dan keadaan keuangan perusahaan. Pemakai informasi dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu ekstern dan intern.
Dengan pengendalian intern yang baik ini diharapkan data penjualan yang benar dan dapat dipercaya sehingga informasi penjualan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. dengan begitu, sistem penjualan yang didukung oleh pengendalian intern yang baik, diharapkan akan menghasilkan informasi yang nantinya sangat membantu manajer dalam mengambil kebijakan perusahaan dalam upaya meningkatkan omset penjualan.
Mengingat pentingnya sistem penjualan bagi perusahaan maka perlu dilihat kembali sistem yang telah ditetapkan. sistem penjualan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.sistem penjualan harus mengikuti prosedur yang ada agar bisa memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu kebutuhan informasi penjualan.
Dengan adanya berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam pelaksanaan sistem penjualan, maka pelaksanaan sistem penjualan diperlukan beberapa perbaikan-perbaikan sehingga akan mampu menghasilkan informasi yang akurat, yang nantinya akan berguna bagi manajemen perusahaan dalam pengambilan perusahaan.
Untuk memberikan nilai suatu barang, perusahaan dapat mengunakan metode harga jual, dengan cara melihat biaya produksi, tingkat kepuasan suatu konsumen dan tingkat penjualan produk tersebut. Maka perusahaan dapat menetukan kwantitas dan kwalitas barang tersebut. Dengan demkian perusahaan tersebut dapat melihat laba/rugi produk tersebut.
Dengan terciptanya sebuah sistem yang andal maka berpengaruh terhadap penjualan pada perusahaan tersebut, penjualan pada perusahaan akan meningkat, dengan kata lain sistem pengendalian intern juga dapat meningkatkan penjualan pada perusahaan atas dasar uraian diatas maka penulis menyusun penulisan ilmiah ini dengan judul “Analisis Sistem Pengendalian Intern Penjualan Pada PD.KALIBATA ”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis dirumuskan masalah dalam penulisan ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana penerapan sistem penjualan pada PD.KALIBATA
2. Bagaimana sistem penjualan PD.KALIBATA, apakah sudah sesuai dengan Sistem Informasi Akuntansi

1.3 Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya pembahasan mengenai sistem penjualan maka dalam penulisan ini hanya dibatasi pada suatu prosedur penjualan tunai / kredit dan dibuat rancangan sistem penjualan.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan sistem penjualan pada PD.KALIBATA.
2. Mengetahui sistem penjualan PD.KALIBATA sesuai dengan Sistem Informasi Akuntansi.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi didefinisikan sebagai elemen struktur pengendalian sebagai metode dan pencatatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasikan, menganalisis, mengklarifikasikan, mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan serta mempertahankan tanggung jawab untuk dipercayanya atas aktiva dan hutang. berikut ini adalah pengertian sistem akuntansi menurut beberapa ahli :
Pengertian Sistem Akuntansi Menurut Mulyadi (2001:3)
“Sistem Akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan’
Pengertian Sistem Akuntansi Menurut Widjajanto (2001:4)
“Sistem Akuntansi adalah susunan berbagi formulir, catatan, peralatan, termasuk computer dan perlengkapan serta alat komunikasi, tenaga pelaksanaannya dan laporan yang terkodinasi secara erat yang didisain untuk mentraformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan suatu prosedur yang digunakan dalam menyampaikan data kegiatan perusahaan teruatama yang berhubungan dengan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan. Adapun unsur dari sistem akuntansi formulir, catatan, peralatan yang digunakan untuk mengolah data dalam mengahasilkan informasi keuangan yang diperlukan oleh manajemen.
Sistem Akuntansi yang efektif harus memenuhi :
a. Mengidentifikasikan dan mencatat transaksi yang valid.
b. Ketetapan waktu dalam pencatatan transaksi dan pengklarifikasian dalam pelaporan keuangan.
c. Pengukuran nilai transaksi dan mencatat dalam nilai yang tepat dalam laporan keuangan.
d. Menunjukan periode transaksi tersebut terjadi dan mencatatnya dalam periode yang benar.
e. Menyajikan secara tepat transaksi dan yang berhubungan dengan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

Bukti transaksi harus ada, karena merupakan fokus dari sistem akuntansi. transaksi meliputi pertukaran aktiva dan jasa diantara kesatuan bisnis dengan pihak luar. Sistem akuntansi perusahaan seharusnya menyediakan/ mempunyai kelengkapan transaksi atau “audit trail” untuk setiap transaksi. Audit trail adalah rantai penyedian bukti dengan kode, perhitungan dan dokumentasi yang dihubungkan dengan saldo dan hasil iktisar dari data keuangan asli.

2.1.1 Manfaat Sistem Akuntansi
Pada hakekatnya perusahaan mempunyai fungsi pada sistem akuntansi, setiap sistem akuntansi akan melaksanakan lima fungsi utamanya yaitu :
a. Mengumpulkan dan menyimpan data dari semua aktivitas dan transaksi perusahaan.
b. Memproses data menjadi informasi yang berguna pihak manajemen.
c. Manajemen data-data yang ada kedalam kelompok-kelompok yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
d. Mengendalikan kontrol data yang cukup sehingga aset dari suatu organisasi atau perusahaan terjaga.
e. Penghasil informasi yang menyediakan informasi yang cukup bagi pihak manajemen untuk melakukan perencanaan, mengeksekusi perencanaan, dan mengkontrol aktivitas.
Dengan adanya mafaat sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan lain. Sistem akuntansi tersebut dapat digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan sehingga dapat mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat.
2.1.2 Pengertian Penjualan
Secara umum penjualan dapat dibagi dua yaitu penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan tunai terjadi apabila pengiriman barang diikuti dengan adanya penyerahan uang tunai sepenuhnya atau pembayaran kontan oleh pembeli sedangkan penjualan kredit terjadi apabila pelanggan meminta tenggang waktu atau perusahaan memberikan tenggang waktu antara penyerahan barang dengan penerimaan pembayaran.
Dari pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa penjualan adalah suatu kegiatan utama perusahaan yang dapat menyebabkan timbulnya pendapatan ataupun piutang dagang. Penjualan juga merupakan suatu transaksi usaha yang meliputi penyerahan barang ataupun jasa kepada pelanggan yang ditukarkan dengan alat pembayaran yang sah. Berikut ini adalah pengertian penjualan tunai dan penjualan kredit menurut beberapa ahli:
Pengertian Penjualan Tunai Menurut Holmes dan Burns (1994:162)
“Penjualan Tunai adalah pemisah tugas yang terkait dengan penjualan tunai pengolahan sering membutuhkan satu orang melakukan penjualan dan orang kedua menerima pembayaran dan menghadiri dengan melakukan perubahan. dan Penjual mencatat penjualan.”
Pengertian Penjualan Kredit Menurut Alan R. (1994:121)
“Penjualan Kredit adalah penjualan harta benda berdasarkan rencana pembayaran yang ditangguhkan, dimana pihak penjual menerima uang muka dan sisanya dalam bentuk pembayaran selama beberapa waktu.
Dari pernyataan tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa penjuala adalah merupakan suatu kegiatan utama perusahaan yang dapat mendatangkan keutungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu penjua dan pembeli yang dapat dilakukan secara tunai ataupun secara kredit.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis mengambil objek penelitian yaitu PD.Kalibata yang beralokasikan di Jln.Raya Bogor Km,29 kel Tugu palsigunung. perusahaan yang berdiri di awal tahun 1997, adalah salah satu perusahaan dagang yang bergerak dalam bidang penjualan kosmetik, berkantor pusat di Jakarta. adapun kosmetik yang menjadi objek penjualan perusahaan ini ada 9 macam merk barang diantaranya, cussons, akachan, janson & janson, charm, pigeon, marina, pex baby, maybelin, aubeau. Aktivitas sistem penjualan ini meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penjualan barang. Bagian penjualan mengenalkan produk-produk perusahaan kepada pelanggan dan melakukan penawaran barang tersebut kepada pelanggan. setelah mendapat pesanan barang dari pelanggan maka bagian penjualan akan berkoordinasi dengan bagian gudang mengenai persediaan barang yang dipesan, bila persediaan ada maka barang langsung dikirim.
Aktivitas distributor juga meliputi seluruh kegiatan di bagian penjualan dan pengelolaan barang digudang untuk persediaan barang dari supplier. Bagian penjualan harus mencatat seluruh kejadian distribusi yang terjadi antar bagian penjualan maupun dengan bagian gudang. Bila persediaan barang digudang menipis atau habis. Bagian gudang dapat melaukan permohonan pembelian barang kebagian pembelian setelah berkoordinasi dengan bagian penjualan untuk mencegah terjadinya pembelian barang yang tidak diperlukan. Aktivitas akuntansi dan keuangan meliputi kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan akuntansi umum, akuntansi persediaan, akuntansi biaya, keuangan kas besar dank as kecil, keuangan bank, keuangan hutang, keuangan piutang dan penggajian. Adapun di perusahaan bagian personalia dan umum meliputi kegiatan di bidang personalia dan kegiatan yang bersifat umum. Bagian personalia mengkoordinasikan kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian.

3.2 Data / Variabel
Data primer atau variable pokok yang digunakan adalah data rincian penjualan, serta nformasi yang didapat melalui observasi dan wawancara kepada staff akuntansi keuangan. Data rincian penjualan antara lain data transaksi penjualan selama 1 bulan, bagian struktur organisasi dan uraian tugas, customer order, shipping document, penyesuian penjualan, faktur penjualan dan bukti setor Bank.
Sedangkan informasi yang didapat dari staff keuangan diantaranya metode pencatatan yang digunakan serta informasi lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan.
Selain data primer, data lain yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data pembantu yang digunakan sebagai bahan untuk menetapkan kerangka teori.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisis dan penjelasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan hubungan antara penerapan dan pengaruhnya terhadap prosedur sistem penjualan telah diterapkan dengan cukup baik, walaupun masih terdapat kekurangannya tapi dengan menerapkan sistem penjualan kekurangan tersebut akan dapat tertutupi. Menerapkan prosedur yang sudah ada pada penjualan tunai / kredit maka perusahaan dapat melihat keadaan penjualan dari suatu sistem yang sudah dibuat.
2. Unsur-unsur sistem penjualan tunai / kredit pada PD.KALIBATA yang pertama adalah struktur organisasi, unsur yang kedua sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang digambarkan melalui bagian alir dokumen (flowchart) sistem penjualan tunai / kredit. Unsur yang ketiga praktik yang sehat dan unsur yang keempat adalah karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. Prosedur penjualan yang sudah ada sangat membantu dalam memperbaiki sistem yang belum ada pada perusahaan.
3. Sistem penjualan suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pada umumnya, untuk meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan penawaran kebutuhan yang memuaskan kepada pelanggan atau pasar dalam jangka waktu yang panjang. Sistem penjualannya terbagi menjadi dua ada penjualan secara tunai dan penjualan secara keredit. Keduanya sudah mempunyai prosedur akan tetapi sistem pada perusahaan tersebut belum ada, maka dari prosedur yang sudah ada dibuatlah sistem penjualan tunai / kredit.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam memperbaiki kinerja perusahaan demi terciptanya tujuan perusahaan dalam memperoleh laba yang maksimal, oleh sebab itu maka penulis ingin memberikan saran-saran dan pandangan-pandangan antara lain :
1. Perusahaan sebaiknya memisahkan fungsi penjualan dengan fungsi kas. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan sistem penjualan tunai yang lebih terorganisir, karena kemungkinan terjadinya kecurangan dapat dihindari.
2. Penerapan struktur pengendalian intern pada pegawai yang bermutu ditingkatkan lagi dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi para karyawan agar karyawan dapat menyelesaikan tanggung jawabnya dengan tuntutan perkembangan perkerjaannya.
3. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, kedisiplinan kerja dan loyalitas yang tinggi dari pimpinan dan karyawannya hendaknya semakin ditingkatkan menurut fungsi dan tanggung jawabnya agar hasil kerja yang dicapai lebih memuaskan.
4. Walaupun penerapan sistem penjualan tunai yang diterapkan oleh perusahaan telah cukup baik, tetapi mungkin penjualan secara kredit belum cukup baik karna terkadang banyak pembayaran yang macet di luar sana. Sebaiknya pihak manajemen terus mengawasi pelaksanaan sistem penjualan secara tunai maupun kredit agar tetap menjamin terlaksananya praktik yang sehat pada transaksi penjualan tunai / kredit dan agar pimpinan dan karyawannya dapat bekerja sama dengan baik dan pekerjannya dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.
5. Pengendalian penjualan PD.KALIBATA yang masih sederhana dapat ditingkatkan dengan sistem penjualan secara komputerisasi sehingga memudahkan karyawan untuk melaksanakan kegiatan penjualannya.